Cukup mendengar, lalu langsung menulis. Bisa. Sering terjadi. Ini trik yang biasanya sangat membius para klien rewel. Mereka cukup puas kalau penulis bisa merumuskan sesuatu dengan sangat cepat dalam tulisan yang enak dibaca. Seperti berlomba dengan bayangan (dan jadi pemenangnya). Dan hasil tulisannya juga bermutu, lho. Pilihan diksinya juara, tata bahasanya tanpa cela.
Seandainya mereka tahu, ada kalanya penulis merasa buntu. Kata-kata bagai tercekat, mampat tak bisa dikeluarkan. Seperti jalan tol yang macet total: parkir.
Mungkin memang harus begitu. Supaya semakin paham bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuka hati. Di tengah-tengah jalan cepat, tetap harus ada masa menunggu. Bersabar tanpa pernah tahu batas akhirnya. Menjalani yang di depan mata karena nggak punya pilihan lainnya.
Cukup bersyukur bahwa buntu-buntu itu terjadi kadang-kadang saja. Biasanya kalau banyak sekali gangguan di kepala, atau di hati. Di kepala karena tugas-tugas yang masih antri. Kalau hati biasanya sih karena rindu yang nggak kunjung pergi.
Ah, alasan bisa selalu dicari, ya.
1 comment:
Post a Comment