Saturday, October 31, 2015

Rejeki

Harus percaya bahwa rejeki memang sudah diatur.

Tadi pagi naik taksi. Jaraknya kurang dari 1 km... tp mau jalan takut telat... dan panasnya itu lho. Supir taksinya sangat galau krn sampai lokasi, argonya gerak aja nggak... pdh spt biasa yg pool di hotel, bisa2 dia sudah nunggu penumpang lebih dari sejam. Kasihan. Jd gue kasih sesuai biaya minimum, lebih dari 3x argo. 

Waktu mau pulang dari TKP liputan ke hotel, iseng mau keliling kota sekalian, mumpung meeting yg di hotel break agak lama. Naik taksi lagi, nyegat yg lewat (tp tetep pilih burung biru). Jd sempat lihat kelenteng di pinggir pantai dan belanja oleh-oleh sekalian. Keliling beneran dan sampai hotel argonya 150rb. 

Tuh kan... rejeki sdh diatur. Dicukupkan semuanya oleh Allah SWT. Percaya deh. 


Friday, October 30, 2015

Missing Navy Pier

My dear blogger friend posted her pictures when joining Chicago Marathon. It is not the marathon I envy (of course!)... it is the city that brought some (sweet) memories.

Spent some months and fell in love to the city. Enjoyed its arrays of museums and its pretty parks. Remember times I (we) spent reading books, or having lunch, on one of the bench along Navy Pier. In my friends pictures I saw some new sculptures and new buildings that make the city looks prettier.

I promised myself that I will be back. But it has been almost 13 years... still can't find way to revisit the city. Someday....

Thursday, October 29, 2015

Overtime

... and we are still working. Now we have Josh Groban as a soundtrack...

Sebenernya ini semua untuk apa to yaaaa....

Saturday, October 24, 2015

Memaafkan

Seorang teman bercerita bahwa sahabatnya baru saja menikah lagi. Dengan laki2 yg 30 tahun lalu meninggalkan dia untuk perempuan lain. Iya. Baru rujuk. Pdh dulu ditinggal pas anak masih umur setahun. Pdh dulu ditinggal untuk kawin sama perempuan lain. Pdh dulu dicerai begitu saja nggak dikasih gono gini, apalagi dikasih nafkah bulanan.

Toh dia memaafkan dan menerima kembali ketika laki2 itu kembali.

Maaf memang magis ya. Bisa bikin jadi apa saja. Termasuk memaafkan dan menerima sakit hati yg luar biasa. 30 tahun bukan waktu yg sebentar. Maybe it is true that time heals everything.


Friday, October 23, 2015

My Little Matahari Turns 11 Today

Gue menikah tahun 99. Umur 25. Seperti juga pasangan2 lain, segera setelah menikah maunya hamil. Tp ternyata enggak hahaha... Bahkan lama2 seperti nggak pengen punya anak gara2 merasa sdh sangat nyaman berdua saja.

Waktu pindah ke Amerika, makin merasa bersyukur tidak (belum) punya anak. Lihat temen yang punya bayi kok gegap gempita banget hidupnya. Day care mahal, nanny mahal. Mau bawa anak ke mana2 ya repot. Apalagi kalau ada kelas dari pagi sampai malam. Kebetulan gue dan (then) hubby termasuk yg suka lama2 di perpustakaan. Jadi nggak kebayang kalau kami punya anak rusuhnya kayak apa ya....

Lupa alasan jelasnya apa, thn ke-4 perkawinan kami ke Dokter Supardiman. Periksa ini itu. Kesimpulan awal adalah masalah hormonal yg terjadi krn terlalu chubby. Hahaha.... Kepalang tanggung... gue pun berusaha mengurangi bobot tubuh. Detox dibimbing bu Andang Gunawan & Dr. Riani. Trus mindful eating. Berhasil? Iya dong...

Yg nggak berhasil justru pernikahannya.

Mulai berantem. Mulai rusuh. Mulai gonjang ganjing.... Tapi yg tahu cuma nyokap gue. Dan seperti umumnya ibu2 di seluruh dunia... beliau tidak menganjurkan bercerai. Malah nyuruh liburan. Trus gue nurut....

Sepertinya liburan yg diwarnai berantem itulah yg meninggalkan kenangan manis :)

Sebulan setelah liburan, bukannya baikan, malah makin runyam pernikahan gue. Wacana cerai mulai hadir tuh. Wacana yg menurut gue lebih menarik ketimbang status istri pertama. Eiiitts... tp kok badan gue rasanya nggak enak? Rasanya kayak mau flu plus PMS plus lemes. Pulang kantor, mampir ke apotik beli test pack. Sampai rumah langsung tes dan ... jreeeenggg.... positif aja gitu.

Rasanya gimana? It was a complete mixed feeling. Mau cerai kok malah hamil. Gue nggak jelas juga apa perasaan bapaknya anak gue. Yg gue ingat, wajahnya linglung.

Saat itulah gue yakin... Tuhan memang maha segalanya... termasuk Maha Komedian. You are soooo hilariously funny, oh Dear God :)

Ke-MahaLucu-an Tuhan menghadirkan Aria tgl. 23 April 2004. And it was at that moment, I fell in love to him. Instantly.

Aria lahir lewat operasi krn terlilit tali pusatnya yg panjangnya 1m. Nangis keras satu kali. Lalu diam. Tidur lagi. Dan dia tidur sangat banyak :) Menjadi bayi yg tenang, nyaris tanpa suara. Kalau lapar, popoknya basah, atau ngantuk, dia hanya cerewet... jarang menangis. Nggak terbukti kekhawatiran gue soal bayi nangis lama. Justru pernah dia sengaja gue diemin aja waktu nangis, krn gue pengen denger tangisan lebih lama. Hahaha....

Gue sempat merasa akan kehilangan dia, waktu sakit demam berdarah di usia 6 bulan. Waktu itu kondisi Aria bengkak besar sekali dan sudah lemas nggak bisa apa2. Masuk NICU. Gue ingat sekali badannya dibanduli macam2 selang dan kabel. Nggak bisa dipeluk, hanya dielus saja, "Kuat ya nak. Sabar. Kuat. I love you." And he made it. Alhamdulillah....


Dan hari ini, si bayi tenang itu sudah 11 tahun umurnya. Sudah besar (badannya). Enak dipeluk. Dan dia tetap menjadi teman baik gue. Setiap saat, sama seperti waktu dia masih di perut, dia akan nungguin gue cerita ini itu. Dia bisa sabar mendengarkan. Dan skrg bisa gantian bercerita ttg teman2nya.

Suatu ketika, gue tahu dia suka sama salah satu teman perempuan, dan senyum2 waktu gue konfirmasi. Lalu di lain waktu, waktu jalan2 bareng temannya, ada salah satu yg tanya, "Mamamu tahu nggak, rahasia terbesar?" Aria dgn pede jawab, "Tahu dooooong..." Apa itu? Gue yg penasaran. "Itu lho buuuuu... (dia lalu bisik2 nama teman perempuan itu)."

I am sooo glad that I know things considered as his biggest secret :D

Ketika Aria mulai mau tidur sendiri, gue yg galau berat. Kasur kamar gue rasanya jadi luaaaasss banget. Gue jadi bego dan malam itu nggak bisa tidur.

Oh ya, Aria juga posesif. Dan tahu aja kalau ibunya pergi untuk kerja atau sekadar ngeceng hahaha.... Dia akan langsung kirim peringatan2 cepat pulang kalau tahu ibunya lagi kecentilan. 

Sungguh sebuah kehormatan besar dipercaya Tuhan mengasuh Aria. Usaha untuk Aria dibantu banyak sekali orang. Dari mulai mengajari baca, sampai ikut urun rembug soal pendidikan dia, formal dan informal. Rejeki anak memang nggak ketuker... meskipun nggak punya kesempatan dibesarkan ayah kandungnya, Aria tidak kekurangan kasih sayang atau perhatian. Semua orang di sekitarnya sayang dan peduli. Dari mulai belikan mainan sampai buku2 lengkap so he started his own kids library by the age of 3... sampai mendanai sekolah dan keperluannya yg tidak sedikit.

Aria banyak mengubah hidup gue. Gue tetap tidak suka anak kecil (yg lain). Favorit gue ya cuma satu itu dan tidak bisa membayangkan nelongsonya kalau dia nggak ada. Dia yg membuat gue punya cambuk di tangan. Cengeng krn urusan kantor? Cambuk. Ayo kerja. Kehabisan uang? Cambuk. Ayo cari. Patah hati? Cambuk! Jangan lama2 sedihnya.

Aria seperti bensin yg bisa membakar semangat gue. Jd skrg ini, kalau gue kisruh, gue akan segera pulang, lihat wajahnya. Kepala langsung dingin. Dan semua masalah tiba2 jadi masuk akal. Beres. Tentu saja ada masa2 dia yg bikin ibunya sedih sekaligus bingung antara mau marah atau mau ketawa atau mau nangis. Misalnya kalau nilai ulangannya jelek, dia malas belajar, atau sedang bandel aja mau gangguin orang serumah. Atau kalau tiba2 dia perlu sesuatu untuk sekolah, besoknya, dan baru inget setelah jam 9 malam....

But somehow he is always cute. Semakin besar, jg semakin banyak kejadian2 sederhana yg menyejukkan hati. 

"Ibu, betul nggak cara aku nulis 'di sini'?"
"Betul."
"Yg nulisnya disambung yg mana?"
"Kalau diikuti kata kerja."
"Jadi seperti 'dicium' dan 'dipeluk'?" (lalu dia peluk dan cium gue)


Atau tiba2 bilang:

"Aku sayang Ibu. Sampai keluar galaksi, lalu balik lagi ke bumi."

*meleleh*

Doa yg tak putus2, untuk kesehatan dan kebahagiaan Aria. Semoga menjadi orang yg berguna bagi sekitarnya. Amin. Selamat ulang tahun, Aria sayang. Ibu akan selalu sayang. Selalu. Selama-lamanya.

Thursday, October 22, 2015

Reminder

Barusan ngobrol sm teman yg freelance writer. Bulan September nggak ada kerjaan. Bulan Oktober ini baru menulis 2 artikel. November & Desember? Blm jelas. Padahal dia punya 2 anak yg tentunya nggak boleh berhenti dikasih makan.

Memang tahun lalu agenda dia penuh dgn jalan2 hura2 yg bikin iri. Cukup kerja sekitar 3 bulan, hasilnya cukup buat hidup senang setahun. Tp tahun ini semua berubah. Ekonomi sulit, pekerjaan buat dia jadi terbatas. Oh well... di kantor gue pun pekerjaan buat dia sudah nggak ada lagi. Semua dikerjakan internal utk penghematan.

Baiklah, sebuah percakapan yg cukup menampar. Janji nggak boleh marah2 kalau ada deadline bertumpuk2. Ingat2 aja tiap tgl. 28 rekening ada isinya yg bisa buat bayar sekolah, beli bensin, dan bayar listrik. Sesedikit apa pun, ada kepastian yg bisa diharapkan.

Be grateful, your shoes might be better and more comfortable than others. 

Monday, October 19, 2015

Deadlines & I

Goncang tak berkesudahan. Pengen cuddle up aja sama si ganteng. Hiks.


Thursday, October 15, 2015

Hand on Your Heart

... I wanna hear you tell me,
You don't want my love....

Monday, October 12, 2015

Hati

Gue baru dpt istilah baru dr anak magang di kantor: baper. Alias bawa perasaan.

Trus dia bilang kalau perempuan itu selalu baper. Mau sekolahnya jauh, karirnya bagus, jabatan tinggi... kalau sdh baper trus jd ambyar semuanya.

Mak jleb. Semprul nih anak. 

Friday, October 09, 2015

Yogyakarta

Short trip ke Yogya minggu lalu spt mau membuktikan kalau Yogya skrg penuhnya minta ampun yaaaa.... Hebat lah wisatawan non stop ke Yogya. Penerbangan weekend selalu penuh. Semoga menaikkan ekonomi lokal ya. Amin.

Ke Yogya kemarin sebetulnya bekerja. Tp setelah memecut tim spy kerja lebih cepat, bisa selesai jauuuh lebih awal dari jadwal, jd punya sekitar satu malam dan satu pagi untuk dihabiskan jalan2. Bebas. Hore! Hidup tim!

Sore dihabiskan di kawasan Candi Ratu Boko. Kawasan... krn memang nggak naik ke candi. Ada temen yg niat banget mau curhat, di sana. Untung pemandangan bagus. Menarik lihat sunset dari sana. Di cafe-nya, makanannya murah pol. Trus sambil makan diiringi mocopatan. Ayem tentrem.
Curhat selesai begitu matahari tenggelam. Ayuneeee.... Habis itu langsung ke "RT" sebelah: Candi Prambanan. Jadwal malam itu adalah nonton Ramayana.

Jadi ya, selama ini mau nonton Ramayana nggak jadi2. Kemarin akhirnya kesampaian. Full house lho. Membanggakan sekali. Teaternya lapang dan latar belakang candi Prambanan itu memang bikin jd mistis gimanaaa gitu.

Ceritanya ya tentang Rama & Sinta yg sampai ke Hanoman obong lalu ditutup dengan Sinta obong itulah. Narinya bagus (pengen ikut). Trus rombongan raksasa dan rombongan monyet jg bagus. Musiknya bagus. Dan kemarin kebagian yg full story, jadi waktu Hanoman obong, beneran ada api unggun besaaaaar banget! Senenglah bisa nonton kesenian Indonesia. Tiketnya murah banget utk ukuran pertunjukan sebagus itu.

Jam 10.30 sampai hotel lagi... laper... Yg lain juga masih rusuh... maklum anak muda hahahaha... Kebetulan kemarin itu ada perayaan ulang tahun Yogya ke 259. Ada panggung di Monjali. Dari hotel tinggal jalan kaki. Para anak muda itu semangat mau terjun ke keramaian. Baiklah... tantemama penasaran juga sih. Sekalian cari makan, gimana? Bosanlah yaaa... makan di hotel melulu....

Ternyata memang semua manusia Yogya hari itu tumpah di jalan Malioboro dan sekitarnya sampai ke Monjali. Waktu kami lewat, di panggung ada Gareng Petruk. Lucu (kalau ngerti ngomongnya apa). Meskipun ada hiburan lucu, nggak lupa kalau lapar. Hahaha... memang blm sempat makan malam yg proper... Eh... kok pas di depan ada angkringan KR. Waaaah... nasi kucingnya ada bbrp macam... pelengkapnya lbh hore lagi... segala sate dan sambal.... Silakan lho kalau mau kalap.

Gue pamit pulang stlh selesai makan. Maaf deh, umur nggak bohong.... Rasanya sdh ngambang2 gitu. Mending aktivitas pagi deh. Hahaha... Janjian paginya mau ke pasar Kranggan.

Tengah malam jam 2, gue sakit perut! Waduuuuuh... tertuduhnya adalah menu angkringan. Atau badan gue memang mulai rontok? Entahlah... tp diare tuh sungguh gangguuuu... sdh berencana mau nginep di toilet aja. Sambil mikir2 kalau sampai jam 7 masih rusuh... kayaknya hrs beli diapers buat perjalanan pulang.

Alhamdulillah bangun subuh sdh gembira lagi. Perut nggak rewel. Lancar. Asyiiiik... lanjut dgn rencana pasar Kranggan. Krn semalam hbs pesta pora, jalanan banyak sampah. Huh... di mana2 kok sampaaaaah aja masalahnya. Nggak guna banget sih sekolahnya...

Sampai pasar Kranggan... tujuan utama sebetulnya adalah tukang jajanan. Hmm... tapi sampai sana lgs galau krn ingat pengalaman semalam yg nyaris nginep di toilet... huhuhu.... Pdh jajanan yg digelar betul2 menarik! Warna warni seruuuu.... huhuhu.... Tahan diri. Tahan diri.... Akhirnya beneran nggak berani beli apa2. Lihat2 saja. Dan menikmati Yogya lewat telinga: dengerin orang ngobrol bahasa Jawa.

Setelah dari pasar Kranggan... balik hotel... check out... lalu ke Wahyu Austin. Apakah itu? Ternyata di Yogya nggak cuma ada bakpia yg utk oleh2. Ada rollcake lembut lezat ciamik... kemasannya pun manis.... Namanya Wahyu Austin. Di daerah Sleman. Baru tahuuuuuu.... Sempat beli bbrp utk oleh2. Habis itu tnyt masih ada cukup waktu sblm terbang. Akhirnya mampir ke Museum Affandi. Ini juga kunjungan ya sifatnya "ya ampun". Artinya kurang lebih... ya ampun... sekian lama mondar mandir Yoyga, akhirnya masuk juga ke Museum Affandi. Hahahaha.... It was good, as expected. Menyenangkan sekali "dijamu" lukisan2 bagus begitu (masih ada yg dijual, minimal 4M, berminat?). Gue sih menikmati warna warni Affandi (&Kartika) saja. Ini rasa ayemnya beda lagi....

Jadi, begitulah report kegiatan Yogya. Lumayan jd break di tengah kerusuhan. Trus... tumben ya bikin report begini? Hahaha... maaf pemirsa, sesungguhnya ini mengisi waktu luang in between pemotretan majalah. Hehehe....Let's go back to the venue!

Tuesday, October 06, 2015

Tadi Malam

Semalam, sekitar jam 10.30, Aria ketok2 kamar gue.

"Ibu, aku boleh tidur sini ndak? Aku kangen sama ibu."

Setelah cium2 & peluk2 kira2 75 kali, dia langsung pulas. Gue pun yg tadinya masih mlongo2 (yes, post relationship syndrome) setelah cium bau anak gue bisa tetiba ngantuk dan tidur nyenyak meluk anak cimuk gue itu.

Thank you God for sending a little piece of heaven to my room last night.

Monday, October 05, 2015

Aria Sudah Besar

Anak gue ini sudah besar memang ya. Sdh setengah hati mau uyel2nya. Hiks hiks...

Jd kemarin pulang dr Yogya, kangen gue sdh segunung gitu deh. Eh... anak gue msh di kamarnya dgn asyik. Baru inget ibunya pulang stlh di-wa.

Tetep sih, begitu ingat ada ibunya lgs loncat turun dari loteng trus peluk2 lamaaaa...cium2 seribu kali. Sempat cerita ini itu ini itu dgn gaya sewewet spt biasa. Tp hbs itu dah... lgs mau naik lagi... bye! Katanya mau belajar buat ulangan.

Trus malemnya, dipaksa tidur di bawah saja sama ibunya kok ya nggak mau :(  Hanya mau peluk2 sebentar trus dia melesat lagi deh ke loteng. Huhuhuhu....

Saturday, October 03, 2015

Mimpi Semalam

Gue mimpi buruk soal OmD. Semoga dia baik2 saja ya. Amin.

Thursday, October 01, 2015

Combo Convo

Jadi Aria si anak semata wayang itu tahun depan masuk SMP. Dan kemajuan zaman membuat sekolah2 sudah mulai pendaftaran sejak sekarang! Astaga... rajin apa edan?

Dari hasil hunting sana sini, entah kenapa Aria jatuh cinta sama Sekolah Mentari. Pdh nggak ada teman sekolahnya skrg yg masuk ke situ. Trus waktu open house, dia lihat gedungnya, lihat murid2 di sana, ruang2 science, ruang art... lapangan basket.... Dia semakin yakin hanya pengen masuk sekolah itu.

Sebetulnya Aria sempat galau waktu lihat SMPN 8. Apalagi ada ekskul panahan di sekolah itu. Tp mengingat sekolah negeri baru terurus tahun depan, sementara Mentari sudah harus skrg test ini itu, jd dia akhirnya memantapkan diri mau daftar Mentari. FYI, form pendaftaran saja 600rb. Cukup mak sengkring di kantong yaaaa....

Nah, karena keukeuh mau masuk Mentari (Insya Allah lulus tes), gue merasa perlu membekali anak gue dgn "pagar secukupnya". Agak ngeri sebetulnya memikirkan Aria masuk situ, bukan karena secara akademik... gue memikirkan peer pressure macam apa yg akan dia temui.

Dgn biaya-biaya sekolah sebesar itu, hanya anak-anak orang yg (sangat) punya yg bisa masuk sekolah itu. Spt lazimnya anak berpunya, mereka sangat mungkin diantar ke sekolah dgn mobil keluaran terbaru, punya gadget terkini, juga liburan di luar negeri saat long weekend. Plus... uang saku yg bisa jadi unlimited.

Dan Aria tidak punya itu semua.

Kami memang bukan keluarga sulit, tapi juga belum sampai pada taraf mewah. Jd gue merasa perlu menekankan kpd Aria untuk tidak tergiur pd cemerlang barang-barang branded milik temannya. Dia nggak boleh iri kalau temannya liburan ke Universal tiap bulan. Juga nggak boleh kecil hati kalau dia harus bawa bekal dari rumah krn uang sakunya terbatas. Dan dia hrs tetap percaya diri dan berprestasi meskipun hanya punya gadget biasa, bukan yg paling canggih.

"Kenapa?"
"Karena ibu tidak akan bisa memenuhi itu semua. Kita hanya mampu membayar kualitas sekolahnya, bukan gaya hidupnya."

Dia diam. Wajahnya terlihat kalau dia berpikir keras (lucu banget).

"Masak nggak ada temanku yg akan seperti aku? Yg ibunya uangnya nggak banyak?"
"Mungkin ada."

Meskipun gue nggak yakin sih ada yg senekat gue. Rodo ngelu ning yo wislah... anak mung siji....

Tgl. 17 nanti, Aria ikut tes masuk. Gue berdoa dia akan dapat yg terbaik. Kalau memang dia bisa masuk Mentari... marilah rajin menabung, Budiana!