Thursday, December 16, 2021

Bye Bye

Pagi itu, sebuah foto dia kirim ke ponsel saya. 

Keterangannya singkat saja, "Finally." 

Saya tidak pernah tahu objeknya. Yang saya tahu, beberapa minggu terakhir dia sibuk memperbarui kandang ternaknya. Ada beberapa ternak yang siap melahirkan, dan dia tak ingin induk-induk itu melahirkan di kandang bobrok yang menurut ceritanya sudah nyaris rubuh. 

Karena cerita soal kesibukan dengan kandang itulah, saya berkesimpulan bahwa foto itu adalah foto kandang baru. Bangunannya kokoh. Tampak rapi dan presisi. Dia kerjakan dengan tangannya sendiri. 

Apa pun yang saya lihat, komentar pertama saya adalah memberinya selamat. Tak lama, ponsel saya berdering, namanya berpendar di layar. 

"Hey you, selamat pagi dan selamat berbangga atas kandang baru." 

Tawanya panjang sebelum menyahuti salam saya. Tawa penuh kepuasan. Kemudian dia bercerita proses membangun kandang itu. Sambil menjelaskan fungsi tiap bagian yang saya tidak paham. Lalu dia bawa saya berkelana dalam kisahnya mencari kayu yang bagus, besi yang sesuai, hingga lapisan plastik yang dia inginkan. Dia ceritakan juga bahwa proses membangun kandang membuatnya punya banyak alat bertukang yang baru. Alat yang lebih lengkap, yang menginspirasinya untuk membuat kandang ke-2 dan ke-3. Juga rumah olah pakan. Hampir dua jam kami membicarakan kandang dan perlengkapannya, juga kisah-kisah lucu yang membuatnya belajar dan kemudian ahli kerja tukang untuk segala hal tentang kandang, sesuatu yang hingga tahun lalu pun tak pernah dia lakukan. Percakapan kali ini membuatnya terdengar bahagia. Dan bangga. 

Hmm... sampai kapan sibuk dengan kandang? 

Dia tertawa sebelum menjawab, "Saya serius menggarap ini. Berurusan dengan manusia sangatlah melelahkan saya."

Saya tidak punya pilihan selain menyemangati, seperti yang biasa saya lakukan. Saya janji akan menemuinya kapan-kapan, jika jadwal memungkinkan kunjungan ke arah Timur. Dia tertawa lagi dan mengatakan tidak sabar memamerkan lingkungan barunya pada saya. 

Lalu dia teruskan bercerita lagi tentang rencana-rencananya dengan kandang 1, 2, 3, dan macam-macamnya. Saya tidak pernah mendengarnya sesemangat itu. Dan... hati saya seperti dicubit karena merasa bahwa saya tidak ada dalam rencananya itu. 

Kandang dan segala isinya adalah dunianya yang baru. Yang dia bentuk dan susun melalui rencana cermat. Hingga dia memutuskan sepenuhnya meninggalkan hidup di kota besar. Sepertinya dia telah memilih perjalanannya yang berikut. Dia semakin menjauhi saya. 



Thursday, December 02, 2021

Gaya Hidup atau Hidup Gaya?

Percakapan random semalam sempat nyerempet topik UMR. Lalu gimana rasanya punya gaji Jakarta dan hidup di Jawa Tengah? 

"Ya pasti gembira banget," kata saya, ingat pernah makan mewah tapi membayar hanya setengah dari harga makanan serupa di Jakarta. 

Dia yang tinggal sekitar 460 km dari rumah saya cuma ketawa. "Ya makanya saya jarang ke Jakarta. Dulu tinggal di Jakarta, gaji rasanya nggak pernah cukup." 

"Gajimu dulu kan nggak kecil."

"Hitung lagi deh, kamu bisa hidup dengan gaji sebesar itu?"

Lalu tadi pagi, setelah drop Aria di sekolah, saya ke supermarket langganan. Belanja ini itu termasuk makanan-makanan kesukaan dan buah yang kualitasnya jempolan karena ini supermarket kelas A. Sampai di kasir, seperti biasa tinggal bayar nggak usah mikir dan tanpa cemas. Ciri khas ibu tunggal yang mandiri secara finansial kan ya... hahahahaha.... 

Lalu ingat obrolan semalam, kalau gajinya tidak sebesar sekarang, apa masih bisa hidup segembira ini? 

Sampai rumah, setelah mandi dan beresin belanjaan... keluarin bon dan mulai cek ini itu. 

Misalnya... Pyramid diganti Filma. Trus Fillipo Berio jadi Bertoli? Atau nggak usah? Pasta pakai Mamasuka. Wisjman buat bikin kue? Anchor olesan roti sarapan? Wis to Blueband wae! Nggak usah beli pesto sauce, bolognaise bikin sendiri saja. Beli matoa sama kelengkeng buat apa? Asupan buah? Pepaya sama jeruk medan kan bisa. Sushi? Lemper aja lah.... 

... dan seterusnya... dan seterusnya... sampai "mengubah" secara khayal angka yang harus dibayar jadi cuma 1/3-nya. 

Bisa. Sejuta cukup buat sebulan serumah. 

Cek buku pengeluaran, yang terbesar ya sekolah Aria. Kalau ibunya nggak punya uang banyak, masuk sekolah negeri saja. Gratis. 

Semua dihitung ulang. Seandainya budget jajan, jalan-jalan, hura-hura dikurangi, tapi investasi dan asuransi tetap... perlu gaji berapa? Oh. Ya.  

Kesimpulannya? Semua cukup. Selalu cukup. Karena memang sudah porsinya. Pengeluaran mengikuti pemasukan. Supaya nggak sesak nafas. Belanja yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan, biar nggak cegukan. 

Hidup buat bergembira, bukan buat gaya-gaya. Rumah ada. Mobil ada. Ukuran standard, cukup buat berdua. Aman lah. Alhamdulillah. Selama ini ternyata lumayan bisa mengatur budget. Ternyata bisa. Alhamdulillah. 

Tuh... bisa kan.... 






#ehkelepasanmaubilangsa... (hilang sinyal) 

Wednesday, December 01, 2021

Cannot Wait

 ... tell me everything about you...

never felt like this before... the love is so true. 

I won't take two, just you.