Pagi itu, sebuah foto dia kirim ke ponsel saya.
Keterangannya singkat saja, "Finally."
Saya tidak pernah tahu objeknya. Yang saya tahu, beberapa minggu terakhir dia sibuk memperbarui kandang ternaknya. Ada beberapa ternak yang siap melahirkan, dan dia tak ingin induk-induk itu melahirkan di kandang bobrok yang menurut ceritanya sudah nyaris rubuh.
Karena cerita soal kesibukan dengan kandang itulah, saya berkesimpulan bahwa foto itu adalah foto kandang baru. Bangunannya kokoh. Tampak rapi dan presisi. Dia kerjakan dengan tangannya sendiri.
Apa pun yang saya lihat, komentar pertama saya adalah memberinya selamat. Tak lama, ponsel saya berdering, namanya berpendar di layar.
"Hey you, selamat pagi dan selamat berbangga atas kandang baru."
Tawanya panjang sebelum menyahuti salam saya. Tawa penuh kepuasan. Kemudian dia bercerita proses membangun kandang itu. Sambil menjelaskan fungsi tiap bagian yang saya tidak paham. Lalu dia bawa saya berkelana dalam kisahnya mencari kayu yang bagus, besi yang sesuai, hingga lapisan plastik yang dia inginkan. Dia ceritakan juga bahwa proses membangun kandang membuatnya punya banyak alat bertukang yang baru. Alat yang lebih lengkap, yang menginspirasinya untuk membuat kandang ke-2 dan ke-3. Juga rumah olah pakan. Hampir dua jam kami membicarakan kandang dan perlengkapannya, juga kisah-kisah lucu yang membuatnya belajar dan kemudian ahli kerja tukang untuk segala hal tentang kandang, sesuatu yang hingga tahun lalu pun tak pernah dia lakukan. Percakapan kali ini membuatnya terdengar bahagia. Dan bangga.
Hmm... sampai kapan sibuk dengan kandang?
Dia tertawa sebelum menjawab, "Saya serius menggarap ini. Berurusan dengan manusia sangatlah melelahkan saya."
Saya tidak punya pilihan selain menyemangati, seperti yang biasa saya lakukan. Saya janji akan menemuinya kapan-kapan, jika jadwal memungkinkan kunjungan ke arah Timur. Dia tertawa lagi dan mengatakan tidak sabar memamerkan lingkungan barunya pada saya.
Lalu dia teruskan bercerita lagi tentang rencana-rencananya dengan kandang 1, 2, 3, dan macam-macamnya. Saya tidak pernah mendengarnya sesemangat itu. Dan... hati saya seperti dicubit karena merasa bahwa saya tidak ada dalam rencananya itu.
Kandang dan segala isinya adalah dunianya yang baru. Yang dia bentuk dan susun melalui rencana cermat. Hingga dia memutuskan sepenuhnya meninggalkan hidup di kota besar. Sepertinya dia telah memilih perjalanannya yang berikut. Dia semakin menjauhi saya.
No comments:
Post a Comment