Monday, April 30, 2018

Orang Baik

Beberapa hari yg lalu, di wa group kantor beredar pesan soal charity yg dibuat salah satu kontributor. Jadi mas kontrib ini anaknya sakit, perlu MRI. Kalau nunggu antrian BPJS, baru bisa dikerjakan bbrp bulan dari skrg. Padahal, kondisi anaknya perlu segera. Lewat jalur swasta, perlu sekitar 9 juta. Duit dari mana? Jadi dia bikin semacam charity, jualan dimsum. Ada keuntungan yg disisihkan untuk tabungan MRI.

Ketika gue sebarkan ke wa group tim kecil, responnya lumayan menarik. Selain ada yg pesan dimsum, ada juga yg mau langsung sumbang uang saja. Antusiasme tim kecil ini kok membuat gue semangat... menyebarkan berita itu ke grup2 lain yg ada di hp gue.Ada sekitar 4 group, plus beberapa orang yg gue japri soal dimsum charity ini.

Respon awal adalah: "Ini orangnya lo kenal baik kan?"

Yg hanya perlu gue validasi: iya. Ini bukan hoax. Udah gitu doang... Ada yg habis itu langsung pesan dimsum bbrp pack. Ada yg langsung transfer uang ke rekening mas kontrib. Menyenangkan ya.

Menyenangkan bahwa gue kenal orang2 baik. Mereka membantu tanpa tanya macem2 yg rumit. Asal bukan tipu2... sudah.... Pdh beberapa orang di wa group itu ada yg sdh nggak ketemu gue 10 tahun. Ada juga yg hanya pernah ketemu sekali... kira2 9 tahun silam. Tp krn kami di group yg sama, dia merasa bisa percaya judgment gue. Dan ikut membantu juga. Kerennya, sebagian besar orang2 itu nggak mau disebutkan namanya. Mereka hanya mau bantu. Sudah.

Sedikit2 lama2 jadi bukit. Dari jumlah nominal yg masuk memang variatif, kecil besarnya... relatif. Tapi dalam semalam, terkumpul 9 juta. Mudah banget. Nggak perlu bertele2... Mas kontrib bisa segera membawa anaknya MRI. Semoga sakitnya bisa segera ditangani.

Sampai skrg, gue masih takjub dgn keajaiban wa group. Juga bahwa gue selalu dikelilingi banyak sekali orang2 baik, yg masih peduli, masih mau membantu dgn segera. Alhamdulillah. Semoga mereka diberi rejeki berlipat ganda oleh Allah SWT. Aamiin. 


Friday, April 27, 2018

Remaja Jaman Now, WTF & Sekolah Kehidupan

Minggu lalu, Aria dan sekolahnya outing ke Trawas, Jawa Timur. Perjalanan ini sudah diinformasikan sejak awal Aria masuk Mentari. Jadwal mereka sudah jelas: kelas 7 ke Bali, kelas 8 ke Trawas, kelas 9 ke Padang. Bukan perjalanan yang wajib. Tapi kalau bisa, kenapa enggak? Dan mendengar dari teman2 yg anaknya pernah ikut, field trip ke Trawas ini akan jadi the most memorable one.

Baiklah. Pergilah anakku dengan kecemasan, "Menurut kakak kelas, di sana sinyalnya jelek!"

Hahahahaha... dasar anak jaman now.

Gue bukan model ibu2 yg cemas sama anak, trus menelepon sehari 10 kali. Mungkin malah gue termasuk yg cuek. Guru2 juga cukup pengertian terhadap emak2 (yg kepo maupun yg tidak), jadi mereka bikin grup wa, dan setiap malam secara berkala jam 20.00 akan mengirim foto kegiatan anak2 seharian itu ngapain aja. 100 anak, 100+ foto. Seru amat grup ini. Tentu nggak semua akan dpt foto close up, jadi para emak (apalagi yang sudah pakai kacamata plus macam gue) harus siap nyungir2 nyari wajah anaknya.

Aria cukup sering tampil di foto2 itu. Semua dgn wajah semringah, senyum lebar pipi gembul yg anak gue banget :D Foto dia ngasih makan kambing, masak di dapur, main ke air terjun, nyemplung di sawah... semua ada. Anak gue terlihat bahagia (dan nggak peduli soal sinyal). Banyak foto yg dia sedang sama geng cewek2. Ada pula yg macam tercyduk di tengah sawah sama Alika. Panas koncrang nggak peduli, tetep bahagia, ketawa2. Nggak mungkin terjadi kalau perginya sama ibu... Hahaha....

Dan memang Aria cukup bersenang2 selama di Trawas. Ceritanya banyak. Dan seperti biasa anak cowok, ceritanya nggak langsung... tapi sedikit2... jadi sepanjang akhir minggu, cerita Trawas ini ada di mana2....

Nah... yg menarik memang imbas gaul2 sama remaja seumuran dalam waktu lama. Dgn gampang... bisa terbawa ke pergaulan temannya. Peer pressure. Hmm... mungkin skalanya masih biasa aja krn objeknya tidak bahaya utk press pressure kali ini. Apa itu? We the fest, alias WTF. Festival musik Gen Z.

Festival musiknya sih ok. Dan mengingat Aria juga diarahkan ke hal-hal yg musikal, mungkin perlu juga nonton ini. Yg nggak ok adalah harga tiketnya. Dan nggak mungkin gue lepas sendirian kan anak SMP itu? Mau nggak mau... akhirnya lebih baik nggak diizinkan.

"Tunggu sampai kamu SMA,"

Apakah mempan? Tentu tidak. Hahahaha....

Aria sebetulnya bisa beli tiket WTF dgn nabung uang sakunya. Tapi buat gue... masalahnya bukan (cuma) itu.... Kok cemas juga ya membiarkan anak gue itu ada di sebuah lokasi yg sangat luas tanpa ada yg jelas bisa tanggung jawab. Aria? Halah... sepatu aja suka berceceran.... kayaknya memang belum bisa dikasih tanggung jawab mengatur diri sendiri. Jadilah harus berjibaku mencari cara untuk menenangkan dan mengalihkan pikiran si ABG ini dari WTF.

Gue inget dulu itu seumur dia, gue juga pengen nonton NKOTB. Atau Rick Astley. Atau siapa lagi ya musisi jaman old.... hahaha.... Akhirnya nggak nonton juga. Ya iyalah krn nggak punya duit. Minta bokap? Bisa dipentung. Dan yg gue ingat, temen2 gue anak Menteng yg pada nonton itu... akhirnya skrg juga biasa aja kok. Nggak jadi lebih sukses atau lebih berjaya. Biasa saja. Kesimpulannya: yg elu tonton di masa SMP itu efeknya nggak gitu2 amat ke kehidupan elu.

Gimana cara ngasih taunya ke Aria? Ga ada cara lain... ya udah bilang aja begitu. Gue ceritain dulu gimana. Gue pengen apa. Jadinya gimana. Trus kapan gue nonton konser pertama kali. Karena apa. Termasuk sederet kelebihan Aria sbg anak sekarang yg dibesarkan di keluarga yg (alhamdulillah) cukup.

Ngambek lah dia. Nggak mau ngomong sama ibu krn kecewa nggak boleh beli tiket WTF. Sampai akhirnya dia ikut kelas pendidikan seks di sekolah. Ada tentang fedofilia. Nah!

"Dari mana kamu bisa yakin, bahwa semua orang yg masuk WTF itu baik hatinya? Bahwa nggak ada dari mereka yg fedofil... mencari2 kesempatan untuk dapat korban? Dan kamu, buat orang2 itu adalah anak kecil. Kamu masih anak2 yg bisa mereka perdaya. For all the things in this world, one thing I am sure: I cannot afford to see you injured."

Wis.

Aria melotot (nggak sepenuhnya sih, wong matanya sipit). Tapi lalu dia diam. Trus nggak lama dia lalu ngomongin hal lain. Sejam kemudian dia minta sepatu baru. Damai pun turun di bumi.