Thursday, December 02, 2021

Gaya Hidup atau Hidup Gaya?

Percakapan random semalam sempat nyerempet topik UMR. Lalu gimana rasanya punya gaji Jakarta dan hidup di Jawa Tengah? 

"Ya pasti gembira banget," kata saya, ingat pernah makan mewah tapi membayar hanya setengah dari harga makanan serupa di Jakarta. 

Dia yang tinggal sekitar 460 km dari rumah saya cuma ketawa. "Ya makanya saya jarang ke Jakarta. Dulu tinggal di Jakarta, gaji rasanya nggak pernah cukup." 

"Gajimu dulu kan nggak kecil."

"Hitung lagi deh, kamu bisa hidup dengan gaji sebesar itu?"

Lalu tadi pagi, setelah drop Aria di sekolah, saya ke supermarket langganan. Belanja ini itu termasuk makanan-makanan kesukaan dan buah yang kualitasnya jempolan karena ini supermarket kelas A. Sampai di kasir, seperti biasa tinggal bayar nggak usah mikir dan tanpa cemas. Ciri khas ibu tunggal yang mandiri secara finansial kan ya... hahahahaha.... 

Lalu ingat obrolan semalam, kalau gajinya tidak sebesar sekarang, apa masih bisa hidup segembira ini? 

Sampai rumah, setelah mandi dan beresin belanjaan... keluarin bon dan mulai cek ini itu. 

Misalnya... Pyramid diganti Filma. Trus Fillipo Berio jadi Bertoli? Atau nggak usah? Pasta pakai Mamasuka. Wisjman buat bikin kue? Anchor olesan roti sarapan? Wis to Blueband wae! Nggak usah beli pesto sauce, bolognaise bikin sendiri saja. Beli matoa sama kelengkeng buat apa? Asupan buah? Pepaya sama jeruk medan kan bisa. Sushi? Lemper aja lah.... 

... dan seterusnya... dan seterusnya... sampai "mengubah" secara khayal angka yang harus dibayar jadi cuma 1/3-nya. 

Bisa. Sejuta cukup buat sebulan serumah. 

Cek buku pengeluaran, yang terbesar ya sekolah Aria. Kalau ibunya nggak punya uang banyak, masuk sekolah negeri saja. Gratis. 

Semua dihitung ulang. Seandainya budget jajan, jalan-jalan, hura-hura dikurangi, tapi investasi dan asuransi tetap... perlu gaji berapa? Oh. Ya.  

Kesimpulannya? Semua cukup. Selalu cukup. Karena memang sudah porsinya. Pengeluaran mengikuti pemasukan. Supaya nggak sesak nafas. Belanja yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan, biar nggak cegukan. 

Hidup buat bergembira, bukan buat gaya-gaya. Rumah ada. Mobil ada. Ukuran standard, cukup buat berdua. Aman lah. Alhamdulillah. Selama ini ternyata lumayan bisa mengatur budget. Ternyata bisa. Alhamdulillah. 

Tuh... bisa kan.... 






#ehkelepasanmaubilangsa... (hilang sinyal) 

No comments: