Wednesday, February 05, 2020

Draft Berikutnya 3

Aku agak terkejut mendapati berkas-berkas di dalam tas yang ada di jok belakang mobilku. Di kepala suratnya, tertera nama klinik fertilitas ternama. Sekilas saja, aku tahu bahwa itu adalah rekam medis milik pasien. Yang membuatku nyaris tersedak adalah nama yang tertulis di sampulnya: Prasetya Andika. Kemarin, Pras memang meminjam mobilku.

"Jadi kamu masih berminat punya anak?"
"Kamu?"
"Nope."
"Hmm... karena kamu sudah punya...."
"Iya. Mungkin itu ya...."
"Maksudmu?"
"Saya paham kalau kamu masih ingin berusaha. Wajar."
"Memang tidak akan mudah...."

Kami pernah membicarakan hal ini sekilas. Bahkan di beberapa kesempatan. Di antara kopi dan kue keju dan tumpukan pekerjaan. Aku dan Pras memang tidak pernah serius membicarakan kebersamaan kami. Mengapa? Aku tidak tahu. Sepertinya karena kami paham bahwa sebetulnya tujuan perjalanan kami berbeda. Tapi kami sama-sama tak ingin kehilangan kesempatan berdua.

Salah satu perbedaannya adalah tentang keturunan. Dari awal perkenalan, kami tahu, masing-masing dari kami pernah menikah. Bedanya, aku punya Matahari. Sementara Pras belum memiliki anak.

"Saya tidak seberuntung kamu," katanya suatu kali.
"Atau mungkin malah lebih beruntung."
"Maksudmu?"
"Punya anak bukan perkara mudah. Tidak hanya tanggung jawab finansial yang harus dipikirkan, tapi juga perkara mendidik dan membesarkan dia. Lalu menerima dia apa adanya.... Kamu tahu? Anak tidak selamanya membahagiakan kita. Dia kadang melakukan hal-hal yang mengecewakan, membuat kita sedih, yang harus kita hadapi. Bukan hal yang sederhana."
"Saya tahu. Tapi bukankah manusiawi bahwa setiap orang ingin punya keturunan?"
"Ya. Dan saya tahu kamu pasti sudah berusaha."
"Ke klinik, maksudmu? Iya, tapi tahapan penyembuhannya belum selesai."
"Kamu ingin lanjutkan?"
"I don't know."

Menemukan rekam medis itu, aku paham bahwa Pras sedang melanjutkan proses pengobatan alat reproduksinya. Saat itu aku merasa ada sesuatu yang mencubit hatiku. Aku sangat sadar, bukan aku orang yang tepat mendampingi Pras di masa depan, jika ia masih menginginkan memiliki darah dagingnya sendiri.

No comments: