Friday, January 04, 2019

I Raised Him Right (Hopefully)

Jadi... anak semata wayang itu sudah mau masuk SMA tahun ini. Time does flies when we had fun....

Seperti juga ketika mau masuk SMP... dia pilih sendiri sekolahnya. Tadinya pengen masuk SMA 2 Serpong. Lihat saingannya... pedih. Trus masih penasaran mau masuk Labschool Kebayoran. Ya itu sih selain saingannya dari seluruh dunia juga jauh banget dari rumah. Mau berangkat jam berapa? Lalu cek SMA 3.... hmm... hmm... sambil berjalan kok melihat bahwa Aria bukan tipe "anak negeri." Dia beda banget sama gue, atau kakak gue, atau adik gue. Kami2 ini merasa anak sekolah negeri yg lumayan. Hahaha.... Tapi bener nggak sih... sekolah negeri itu kan identik dengan siswa yang banyak... guru yg sedikit. Siswa harus aktif dan tekun belajar. Paling nggak bisa mengatur dirinya sendiri. Iya nggak? Atau paling nggak punya orang tua yg bawel ngaturin dan nungguin anak belajar. Yang... tidak dipunyai oleh Aria.

Akhirnya, dengan segala pertimbangan perdamaian dan kegembiraan... pilihan SMA adalah Sekolah Cikal Serpong.

Sempat ragu krn tahun ini baru angkatan pertama. Murid sedikit. Tapi lalu mikir... ya anak skrg juga banyak kok yg homeschooling. Ya sudah. Mari mendaftar (dan membayar).

Ternyata ada beberapa tes yg hrs dilewati sebelum Aria bisa diterima sebagai siswa SMA Cikal Serpong. Pertama, dia hrs psikotest dulu utk tahu kesiapan dia menjadi murid SMA. Lalu setelah itu ada assessment test, Matematika dan Bahasa Inggris. Dan terakhir adalah presentasi tentang passion, lalu wawancara orang tua.

Alhamdulillah semua test berhasil dilampaui anak ganteng kesayanganku itu. Meskipun dia cranky luar biasa sebelum presentasi... ternyata menurut kepsek, he did great. Alhamdulillah. Gue memang ga tahu apa yang dia presentasikan. Hanya pernah dia kasih tahu bahwa dia akan cerita tentang Film The Greatest Showman. Okay.

Untuk wawancara orangtua, Aria wanti2 bahwa yg datang adalah ibu dan papap. Ayah tidak usah. Oke nak... as you wish.... Nah... waktu wawancara inilah yg ternyata membuat gue nggak berhenti bersyukur. Jadi wawancara hanya dengan orangtua, anak tidak dihadirkan. Saat itu kepsek mendiskusikan rencana Aria, dan mempelajari apa yang bisa dibantu sekolah untuk mengembangkan, tentunya dgn dukungan orangtua.

Menyenangkan ya mendengar bu kepsek ini menilai bahwa Aria cukup mature, cukup cerdas, pendek kata cukup oke, dan tahu apa yang dia mau. Hal yang selama ini jarang gue lihat krn di mata gue dia akan selalu jadi my baby.

Menurut bu kepsek, Aria bisa identifikasi dirinya dengan baik. Dia paham kekurangannya yang tidak suka pelajaran hafalan dan bisa bilang "I know I am lazy." Tapi dia juga tahu bahwa "I want to be an actor who appear on silverscreen." Ohohoho.... Meskipun dia juga mempertimbangkan ingin menjadi arsitek. Tapi kok ya nggak ada sisa2 darah ayahnya yg akademisi dan sangat eksakta....

Lalu dia sempat menceritakan hubungan dengan ayahnya, yang menurutnya "biasa saja." "I don't think I missed anything even though I only meet him once a year." Membayangkan bahwa anak yang sampai skrg masih suka cranky bisa bilang begitu kok rasanya wooowowowow.....

Kenyataan bahwa nilai2 assessment test Aria cukup baik, lalu presentasi yang menarik (menurut bu kepsek), dan jawaban2 dia yg lumayan... I know I raised him right. Alhamdulillah. Di tengah segala kekurangan dan keterbatasan, ketiadaan ayah kandung, dan macam2 halang rintang yang terjadi... alhamdulillah anak gue baik2 saja.

Gue berharap (dan berdoa) Aria akan selalu menjadi orang yg bahagia. Aamiin.

No comments: