Duluuuu... sekali, awal2 gue masuk majalah, di kalangan jurnalis ada istilah wartawan bodrek. Artinya wartawan yg nggak punya majalah/koran... alias palsu. Mrk ini jelas2 mengejar amplop... konon suka nakut2in pejabat dgn ancaman mau menyebarkan berita miring kalau nggak dikasih uang. Skrg, masih ada jg sih wartawan2 yg diragukan keaslian penerbitannya. Tp mengingat skrg majalah & koran banyaknya minta ampun.... rasanya siapa pun nggak akan hapal majalah atau koran mana yg jadi2an. Bagusnya, skrg ini pejabat jg nggak gampang ditakut2in... jd akhirnya si bodrek2 gila itu hanya dpt goodie bags, plus makan siang gratis deh.
Tapi, meskipun majalah dan koran makin banyak, kayaknya sih kesejahteraan para jurnalis nggak naik2 deh. Dlm arti, gaji mrk ya ttp kecil, fasilitas kantor ya masih minim. Kalau gue lagi iseng2 ikut liputan, trus ngelihat anak2 baru... oalah kok ngesakno.... Dan mrk yg minim fasilitas ini kelihatan bgt semangatnya berburu goodie bag, atau berburu lunch, atau berburu door prize....
Kenyataan pahit ini dimanfaatkan banget sm org2 yg 'merasa punya berita.' Mrk ini adalah PR agency, brand agency, jg pemilik merek yg lalu merasa bisa memanfaatkan keadaan ngesakno para jurnalis muda (ada jg sih yg sdh senior... makin ngesakno kan....)
Dulu... jarang banget tuh ada undangan hari sabtu apalagi minggu. Dijamin nggak ada yg dateng. Sekarang? Bahkan saat libur Natal pun ttp ada undangan yg hadir. Sampai yg ngundang pernah gue telepon dan gue marah2in krn gue anggap tidak menghargai hari besar dan hari libur utk keluarga. Semprul. Tp yaaaa... tnyt undangan2 di tanggal merah makin banyak tuh. Karena yg datang jg tetep banyak kok. Sebagai besar yg datang ya mereka2 yg berburu hadiah itu tadi. Memelas.
Trus, modus operandi lain dr para pemilik merek atau agency-nya adalah mengadakan kompetisi menulis. Jd stlh konferensi pers, berita yg dinilai terbaik akan dapat hadiah. Halah. Tentu saja berita terbaik adalah berita2 yg key messages-nya terbanyak. Apakah key messages itu? Merek, tentu. Semakin banyak menyebut merek, keunggulan, dan keindahan, semakin besar kemungkinan utk menang. Dan tentu saja yg berhak ikut lomba hanya yg tulisannya banyak...ditentukan dgn minimal sekian halaman.
Jadi, ini situasinya. Di sebuah konferensi pers, diundang 100 wartawan. Siapkan makan siang, goodie bag secukupnya, dan suruh mrk menulis untuk memperebutkan SATU hadiah (biasanya wah... spt laptop atau blackberry terbaru).
Makan siang, berapa sih harganya? 100 rb/pax, artinya 10 jt. Dan satu laptop/blackberry terbaru harganya 12 juta.... dengan hanya mengeluarkan uang sekitar 50 jt (utk MC, venue, dll), sebuah brand bisa ditulis di banyak media. Promosi yg menggairahkan ya.....
Kerjaan gue jd editor semakin berat dgn iming2 ini. Anak2 sering sekali ngumpulin artikel yg bukan out of curiousity tp lbh dgn semangat spy dpt hadiah. Hadeeeehhh...
Kadang2, nggak perlu ada iming2 hadiah besar, cukup mengirim barang segepok ke kantor, anak2 baru ini sdh tergiur buat meluangkan tempat di artikelnya bagi produk itu. Pdh produknya nggak istimewa sama sekali. Menyedihkan.
Untungnya, gue dgn pisau editing yg tajam ini masih cukup jeli mengendus semangat yg nggak bener. Dan bbrp kali gue membuktikan ke anak2, bhw tulisan yg bagus nggak perlu menjilat atau berlebihan memuja. Mrk bbrp kali berhasil menang kok lwt penulisan yg sewajarnya.
Gue adalah 'alumni' sebuah grup media besar. Pertama lulus kuliah, gue nyemplung di situ, dan diajarin detail pekerjaan. Bahwa jurnalis yg betul, harus begini dan begitu. Alhamdulillah deh gue bisa punya basic yg menurut gue sih bagus. Tp skrg pekerjaan rumah gue adalah menurunkan ilmu2 yg bener soal jurnalisme ini ke anak2. Ayoooo... kamu bisa!!!!!
5 comments:
*thumbsup... thumbsup....thumbsup*
*pss*
Ohhh......gitu ceritanya mbak. Ajarin aku nulis yang baik untuk blog aku mbak. Aku serius menerima dan mengajak masyarakat untuk mengolah pinang iris mbak. Thanks atas perhatiannya. Saya tunggu mbak.
ternyata di bidang jurnalistik ada juga sebuah "dunia hitam" :)
Bayaran itu konsekwensi logis, tapi buat penulis yang benar, biasanya honor itu jadi no.2, yg penting kwalitas tulisan dan bisa di publish, ya kan Mba Dian !
Mampus deh kena sindir. Untuuuuung BB-ku halal 100 persen, bukan dari preskon.. Haha (niat busuk itu gak dikabulkan Tuhan)
Post a Comment