Saya sering sekali ingin bertanya, namun karena terlalu banyak berpikir, lalu urung. Banyak juga pertanyaan yang tidak saya utarakan, karena saya tahu jawabannya akan menyakiti hati saya. Kadang saya berpikir, jika saya tahu sebuah jawaban lebih awal, apakah saya akan bertindak berbeda? Untuk beberapa hal, rasanya tidak.
Akhir-akhir ini, saya pun seperti mengumpulkan pertanyaan. Tapi hanya sebatas mengumpulkan dan menyimpannya. Saya tahu, pada satu titik, saya harus berdamai pada apa pun yang terjadi. Saya harus menerima bahwa memang begitulah adanya. Saya tidak bisa menahan, atau mengatur segalanya agar berjalan semau saya.
Karena itulah, saya memilih untuk tidak lagi bertanya. Lebih-lebih, saya putuskan berhenti menanyakan "kenapa".
2 comments:
Luar biasa…bukan pertanyaannya, tapi sikap tentang pertanyaan itu. ����
Dalam kamus aqidah, orang yang "menerima begitulah yang harus terjadi" termasuk orang berciri kategori mukhlis, orang yang ikhlas. Dan mukhlis itu punya posisi mulia dan tanda keimanan yang teguh terhadap Yang Maha Kuasa.
Tidak menyalahkan orang lain (apalagi Tuhannya), banyak melihat sisi positif dari pada negatif, banyak bersyukur, sabar menghadapi pelbagai situasi, ridha terhadap ketentuanNya (meskipun menyakitkan), itulah sebagian ciri-ciri mukhlis.
Check your tick box. Have someone told you that you have those character base?
Semoga istiqamah..
#iknowwhoyouare
Thank you for your (always) kind words.
I promise myself to stop asking about "why" because I don't think I can hear if the answer would be "why not". Maybe I am not as strong as you think I am. But yes, I tried to be a better person, each and every day. For me.
Post a Comment