Saya bukan orang yang sabar. Atau setidaknya, saya merasa saya ini tidak sabaran.
Kalaupun saya berubah menjadi lebih sabar, saya yakin ada pengaruh beberapa mentor dalam hidup saya.
Mentor pertama adalah Aria. Seperti juga hal2 lain di sekitar saya yang berubah sejak ada dia, level kesabaran saya pun sepertinya semakin tinggi setelah Aria lahir. Darinya, saya tahu bahwa saya akan bisa melewati semua hal dalam hidup jika saya memberi waktu bagi diri saya untuk berpikir sejenak. Saya perlu berhenti sebentar saja, untuk memikirkan langkah selanjutnya.
Yang kedua adalah mas (mantan) pacar, yg karena kedekatan kami, sebagian besar orang sudah menyangka bahwa kami akan menikah. Oh ya, tentu saja pernikahan juga tujuan saya (saat itu). Bersabar saya menunggu dia melangkah semakin mendekati saya. Ketika hal yang saya inginkan tidak terjadi, saya jadi tahu bahwa kesabaran saya pun ternyata ada batasnya.
Ternyata, selain menjadi mentor kesabaran, Aria juga mengajari saya soal proses. Dia tumbuh menjadi perjaka tampan seperti sekarang, harus melewati dirawat di rumah sakit ketika bayi, tinggal di NICU bbrp hari (yang membuat ibunya seperti hilang ingatan), menangis di pagar ketika saya ke kantor, tidak mau ditinggal di sekolah, mogok makan, bertengkar dengan saya... dan hal2 tidak menyenangkan lainnya. Berkelindan dengan jutaan kebahagiaan dan kebanggaan yang terjadi. Termasuk banyak kejutan2 kecil yang berhasil sent his mother to the moon. Itulah proses.
Mentor kedua juga memperjelas makna berproses ini. Kami pernah bergandengan tangan mencoba memetakan perjalanan cinta kami. Kesabaran saya menunggunya lebih dari sepuluh tahun, saya rasa cukup menjelaskan posisi saya. Tapi ternyata proses yang kami jalani berujung pada hal berbeda. Kami tidak bertemu di titik yang sama. Saya patah hati, tentu saja. Bahkan menurut saya patah hati kali ini lebih sulit ketimbang saat perceraian saya dulu. Tapi tentu saja saya bisa move on. Atau akan bisa move on. I can pass this too. I can do, as always.
Namun, saya tidak merasa rugi menunggu. Seperti juga saya tidak merasa sia2 membesarkan Aria. Dua mentor saya itu, ketika mereka berproses, ternyata mereka juga memberi saya waktu untuk menjalani proses saya sendiri. Pendewasaan, pengetahuan, kebahagiaan, kebesaran hati, dan ketulusan cinta, hanyalah sedikit dari yang saya dapat dari berproses bersama mereka.
Saat ini, sepertinya saya sedang bertemu mentor ketiga. Menjumpainya ketika saya sudah di titik sekarang dan dia di kondisinya saat ini, betul-betul pengalaman baru yang cukup menarik sekaligus bikin penasaran. Dari awal, meski dia tidak bilang apa-apa, saya tahu dia menuntut saya untuk bersabar dan memberinya waktu seluas-luasnya untuk berproses. Sejalan waktu, sejauh ini saya cukup menikmati prosesnya. Semua terserah saya sebetulnya, mau melanjutkan petualangan ini atau menghentikan saja semuanya. Saya memilih yang pertama, sembari mempelajari apakah memang ini yang saya cari dan saya butuhkan. Dan dari hari ke hari proses ini memang tampak menyenangkan belaka. Ternyata masih banyak hal yang perlu saya pelajari soal hubungan antarmanusia. Menarik. Kami bukan kepingan puzzle yang bisa langsung pas karena sisinya sudah presisi, tapi mudah-mudahan kami seperti mur dan baut yang harus terus diputar sebelum merekat kencang dan berfungsi sempurna. Mudah-mudahan. I can only hope.
Untuk orang2 tertentu yang bertanya, dengan senang hati saya akan menjelaskan pemikiran saya soal proses kami berdua. Tapi jika mereka tetap menganggap kesabaran saya adalah sebuah kesalahan, saya tidak perlu menjelaskan lebih jauh. Mereka tidak perlu memahami perjalanan hidup saya. Toh, proses yang saya jalani saat ini memang bukan untuk mereka.
1 comment:
poker online dengan pelayanan CS yang baik dan ramah hanya di AJOQQ :D
ayo di kunjungi agen AJOQQ :D
WA;+855969190856
Post a Comment