Mencintai seseorang tapi nggak bisa apa2. Sedih ya. Tapi tetep nggak boleh merasa diri paling menderita karena banyak yang lebih rusuh lagi hidupnya. Dibandingkan mereka yang nggak bisa makan, nggak punya tempat tinggal, anaknya masuk rumah sakit... sekadar urusan cinta sih cuma remahan rempeyek....
Meskipun mungkin rempeyeknya kelas atas yang harganya 1 ons Rp 600 ribu....
Seorang teman menceritakan kembali hidup pernikahan dia selama 16 tahun. Bersama orang yang dia cintai. Yang akhirnya dipisahkan oleh maut. Tapi pembukaan ceritanya aja sudah ngenes... "Memang janda yang ditinggal mati sepertinya lebih manis didengar. Meskipun hidupnya bisa saja lebih pahit."
Dia sudah jadi single mom 10 tahun. Sejak suami meninggal, dia tidak (atau belum?) menikah lagi. Pernikahan 16 tahun dengan orang yang dia cintai itu ternyata isinya duri melulu. Dari mulai nggak dikasih nafkah, diperlakukan seperti pembantu, dicaci maki, sampai ditinggal pergi. Bahkan waktu suaminya itu sakit pun, di rumah sakit, paralyzed due to terminal illness, dia masih bisa memaki dan membentak. Dan teman gue itu tetap melayani, menemani, mengurusi... sepenuh hati. Edan tenan.
Sejak kapan verbal KDRT? Sejak tamu-tamu pesta pernikahan pulang. Astaga.
Jadi hidup pernikahan diawali dengan, "Kamu nggak boleh tidur sebelum aku tidur, perempuan tolol."
Dan teman gue bertahan. Mengurusi tiga anak, rumah besar tanpa pembantu, dan suami yang sulit dibendung amarahnya. Dia akui, 16 tahun itu ia jalani dalam keadaan bahagia karena menikahi orang yg dia cinta. Meskipun dimaki? "Nggak apa2 dibentak juga, aku tetap cinta. Dari dia aku dapat tiga anak yang aku cinta juga." Meskipun selama itu tidak pernah dinafkahi, jadi dia dan anak-anak mengandalkan uang kiriman dari orangtua.
Suatu saat suaminya tidak bisa berjalan. Dan kesakitan. Dia pontang panting mencarikan kursi roda, cari taksi, ke rumah sakit. Dan sepanjang perjalanan itu suaminya tetap memaki, mengatai dia bodoh, lambat bekerja, tidak bisa apa2. Kok bisa? Kalau gue... udah gue tinggal dari kapan2....
Dia bahkan menyembunyikan penyakit suaminya, karena masih ingin sang suami bersemangat, jadi cepat sembuh, dan bisa pulang ke rumah. Susah payah dia kongkalikong sama dokter, suster... semua orang yang menjenguk untuk nggak membahas penyakit. Sampai akhirnya si suami meninggal. "Tugas gue sebagai istri sudah selesai. Mudah-mudahan gue menjalankan peran gue dengan baik," katanya.
Astaga.
Sekarang, 10 tahun setelah sang suami wafat... teman gue itu baru bisa menceritakan yang terjadi. Dan dia menangis, tersenyum, geram, tertawa, menangis, tersenyum... campur aduk... seperti merasakan kembali yang dia alami selama 16 tahun. Ketika ceritanya tuntas, dia tersenyum lebar sekali. "Gue berhasil mengeluarkan semua cinta gue buat suami. Terserah bagaimana balasan dia atas cinta gue. Semua sudah berlalu. Sudah gue ceritakan, jadi orang-orang tahu. Bukan, bukan untuk menjelekkan yg sudah tiada. Ini adalah upaya gue mengosongkan bagasi. Supaya lega. Sekarang gue bisa tenang menjalankan tugas gue menemani anak-anak."
Cinta. Katanya. Cinta yang aneh? Nggak tahu.
Dan gue yakin, yang model kyk temen gue itu banyak....
Ya kan, setelah tahu ada yang mengalami cinta yg "ajaib"... kisah cinta gue jadi biasa aja. Hahaha....
No comments:
Post a Comment