Tuesday, October 17, 2017

Bercerai Kita...

Nggak akan ada orang yang berencana untuk bercerai. Nggak ada. Namanya menikah, pasti niatnya untuk selamanya. Jadi kalau memang harus bercerai, pasti... dan harus... ada alasan kuat. Kuat saja tidak cukup, alasan untuk bercerai harus sangat sangat sangat kuat.

Gue mungkin bukan "contoh yang baik" mewakili perempuan yang bercerai. Karena gue bisa tuh, mengabarkan perceraian dengan nada yang sama seperti bilang, "Lihat deh, sepatu gue baru, bagus ya." Hahaha.... ya gue memang gitu. Cuek. Sejak bercerai, kecuekan ini makin menjadi karena gue tahu, sejauh ini, ga ada kejadian di dunia yang lebih buruk akibatnya dalam hidup gue sehebat perceraian dan anak masuk RS.

Tapi itu kan sekarang....

Dulu, gue pun melewati masa galau, bercerai atau enggak, nanti kalau sudah bercerai gimana... tinggal di mana... Anakku piye? Tapi toh gue tetap bercerai karena tidak ada pilihan lain.

Sekarang, setelah kurang lebih 13 tahun menjadi single mom... banyak yang melihat bahwa gue baik2 saja. Anak sehat. Sekolahnya betul. Gue sendiri sehat juga (fat overdose malahan hahaha), dengan karier yang bener. Punya rumah. Punya kendaraan. Bisa liburan sekali atau bahkan dua kali setahun. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.

Ga bisa bilang apa2 selain bersyukur bisa sampai di titik yang sekarang.

Karena sebenernya, masalah yg utama bukan bercerai atau tidak bercerai. Perceraian itu hanya semacam pintu. Yang mestinya dipikirin adalah dunia di balik pintu itu, yang tidak akan kamu tahu sebelum kamu masuk  ke dalamnya. Di balik pintu perceraian itu, lagu2nya nggak selalu merdu... kalau kata salah satu fellow single mom.... lagu2nya terserah DJ mau muterin apa... pengunjung harus goyang ajalah pokona mah... kalau enggak goyang pilihannya edan.

Nah, kehidupan di balik pintu perceraian itulah yang banyak tidak disangka oleh orang2. Seolah2 setelah bercerai, hidupmu akan baik2 saja dan mulus2 saja karena persoalan besar sudah kau lalui. Maaf cyin... belum tentu begitu ceritanya....

Betul... setelah proses perceraian usai, hakim ketok palu... kamu resmi jadi single lagi. Oke. Single... bisa pacaran lagi dong? Bisa banget... itu juga salah satu dunia baru. Bayangkan... saat temen2 lain (yg sudah menikah) sibuk ngurusin pasangan yg ngambekan, lagi bosen, mulai merasa rutin... kita para single bisa punya pacar, dating, dan kalau marahan suruh pulang aja tuh laki! Enak? Enak sih... kalau bener bisa begitu saja urusannya. Karena oh karena... selain bahwa kita para single ini boleh dating lagi... ada konsekuensi sosial juga yang hrs dipikul. Misalnya... akan ada cowok2 yg merasa perempuan (berumur) single ini perlu dikasihani karena haus kasih sayang dan haus belaian, dan mereka suka cita memberikan tanpa pamrih (pret). Di sisi lain, akan ada cewek2 yg ketakutan dgn keberadaan single mom. Seolah setiap single mom adalah perempuan gatal yang akan mengganggu suami2 mereka, jadi harus dijauhi dan dimusuhi. Ngadepin begini2 kalau nggak pinter bisa jadi masalah baru. Yg juga perlu diurus adalah masalah stigma di masyarakat. Printilan2 ga penting ini baru akan terjadi (dan mengganggu pikiranmu) setelah kamu resmi bercerai.

Mau cuek aja? Boleh banget. Dan memang seharusnya begitu. Cuek aja. Tapi tentu saja bukan lalu cuek aja menghampiri tiap laki2 yg royal dgn belaian dan pelukan dong... Cuek tetap harus yg bermartabat. Siap2 menampar semua laki2 beristri yg mendatangi dgn kedok cinta. Tabok aja. Cuek. Tp harus tetap berkarya. Bukan masalah pembuktian, berkarya itu harus krn itulah kodrat manusia. Kalau berkarya bisa menghasilkan... bagus juga.

Ngomongin berkarya yang menghasilkan... harus juga dipikirin, setelah cerai, gimana menghidupi anak2. Oke... tentu ada keputusan pengadilan bahwa bapak anak2 harus membiayai. Bagus sih, kalau keputusan ini dijalankan. Kalau enggak? Mau nuntut hak boleh2 aja... lapor polisi juga silakan... tp kalau nggak dikasih juga, mau apa? Bapaknya anak2 ditangkap polisi biar kapok? Memang kalau kapok trus ada jaminan ngasih duit? Enggak cyin.... You will be on your own once the knot were broken. Camkan itu. Lu  harus bisa berdiri sendiri. Jungkir balik kadang2... ya dijalani ajalah... bisa jadi ada tanggal2 mepet jurang... hahaha... sudahlah... dinikmati aja. Percaya kalau rejeki sudah diatur Tuhan YME, tinggal cari cara menjemput yg halal. 

Ada banyak hal yang nggak dialami orang2 yg belum pernah bercerai.

"Biasa juga sendirian kalau suami pergi ke luar kota."
Gundulmu amoh. Beda tauk. Sendirian untuk sesaat karena tahu akan ada yang pulang (meskipun pulang cuma sehari), beda dengan sendirian dan tahu pasti besok pun akan tetap sendirian. Minggu depan juga masih akan sendirian. Bedanya di mana? Nggak bisa diceritain. Harus dirasain sendiri.

"Selama ini kan gue kerja juga, bisalah menghidupi anak2."
Ya bagus kalau begitu. Jangan lupa, kalau sdh cerai, keluar dari rumah, atau pisah rumah sama bapaknya anak2... berarti ada tambahan biaya listrik, air, bensin (atau malah mobilnya sekalian yg hrs diurus), juga uang sekolah anak2 yg selama ini mungkin jadi tanggung jawab suami... dan skrg semua hrs lu lunasin sendiri. Sendiri. Syukur2 kalau ada allowance rutin dari doi tiap bulan... kalau nggak? Bayar tuh sendiri. Apalagi kalau ternyata kehidupan selama ini 100% ditunjang suami.... Nah... kalau sendiri gimana? Sudah siap?

"Ternyata banyak kok yg masih naksir gue, di dating site gue masih laku."
Tobil anak kadal. Dating site itu nggak bisa dipercaya. Ya tetep ada kemungkinan ketemu jodoh. Tapi udahlah jangan diharapkan terlalu banyak... pacaran belasan tahun aja bisa cerai, kok masih percaya dating site.... Intinya juga, jangan buru2 mau cari pasangan lagi. Apa salahnya? Nggak ada. Tapiiii... ketemu orang baru saat hati masih galau... apa yg kau harapkan? Setiap hubungan, sebentar atau lama, ketika usai pasti meninggalkan kekosongan di hati. Itu yg harus dibenahi dulu. Beres2 dulu deh. Jangan terlalu gegabah mau dapat pasangan lagi. Hati yang belum bener bisa mengelabui. Kayaknya cinta... padahal cuma nafsu. Kayaknya tertarik... padahal cuma karena nggak ada yg lain aja. Gawat kan?

"Gue sih nggak mau urus cerai, enak aja, dia yg salah. Dia yg urus. Jangan sampai gue rugi dua kali."
Gombal mukiyo. Ini pernikahan atau kontrak dagang... kok ada untung rugi.... Jangan pernah melihat perceraian sebagai masalah untung atau masalah rugi... karena itu semestinya jadi jalan keluar yg paling akhir (kalau beneran sudah nggak ada cara lain). Siapa yang urus perceraian jadi nggak penting, karena itu tadi... yg penting adalah kenapa bercerai dan setelah cerai situ mau apa.... Ini bukan mainan yang bisa di-delete, atau di-undo....

Hmm... panjang juga postingan ini ya. Tumben. Mudah2an ada gunanya sih. Ini semua berdasarkan pengalaman personal yang... hmm... mungkin berbeda untuk tiap orang. Tetap yg perlu digarisbawahi: bercerai perlu alasan yang sangat kuat. Dan yang menjalankan harus siap. Bye.



No comments: