Apa salahnya jadi single mom?
Oke... oke... apa salahnya jadi janda (yg bercerai)?
Pertanyaan ini sudah lamaaaa banget nggak pernah hadir. Tp gara2 kemarin ketemu teman2 nyokap, mau nggak mau jadi hadir kembali. Apa salahnya?
Gara2nya setiap salaman, dgn siapa pun... apakah tante atau bude atau om atau pakde... teman2 nyokap yg sdh lamaaaa sekali nggak ketemu.... pertanyaan berikut adalah, "Masih betah single?" Atau ada yg lebih nekad lagi dengan langsung cap cus 'jualan' sepupunya, anaknya sahabatnya, atau tetangganya. Yg gue ga tahu di belahan dunia mana... yg mungkin kenalan aja belum tentu mau (huh. Kibas rambut. Pongah dan congkak :D).
Pertanyaan dan selorohan itu jadi bikin gue tanya2 lagi: apa salahnya jadi janda?
Setelah hampir 13 tahun sendirian (ada Aria ding), rasanya kok kosakata "menikah lagi" semakin jauh dan jauh saja. Bbrp tahun lalu memang sempat pengen punya pasangan lagi. Pacaran lagi. Melawati masa berantem-putus-sambung-putus lagi. Seru juga...
Tapi lalu, setelah sekian lama nggak jadi2 juga... mulai kepikiran: memang perlu ya menikah lagi? Perlu apa sebenarnya? Mau apa?
Kok ya kebetulan bbrp bulan terakhir ini dengar2 soal teman2 dekat yg bermasalah dgn perkawinannya. Kalau masih saling cinta, ada aja masalah lain seperti finansial atau urusan anak, yg bikin hubungan mereka goncang. Skala goncangnya dari yg ringan sampai berat. Tapi tetap aja goncang. Malesin.
Kalau dengar2 yg begitu, alangkah nikmatnya hidup gue (berdua anak gue). Apa2 ya dipikir sendiri. Mau beli sepatu, tinggal hitung saldo ATM. Masih cukup? Beli. Mau bangun siang di tanggal merah, nggak ada yg melarang. Bangun jam 8. Yoga jam 9. Mandi jam 10. Jam 11 tidur lagi? Boleh aja. Mau mogok masuk dapur ya terserah aja... hahaha... selama masih ada gofood, artinya Aria masih punya pengasup ransum. Aman dunia gue.
Nah, dengan segala kenikmatan duniawi semacam itu... apa ya masih perlu punya pasangan (lagi)?
No comments:
Post a Comment