Gue menikah tahun 99. Umur 25. Seperti juga pasangan2 lain, segera setelah menikah maunya hamil. Tp ternyata enggak hahaha... Bahkan lama2 seperti nggak pengen punya anak gara2 merasa sdh sangat nyaman berdua saja.
Waktu pindah ke Amerika, makin merasa bersyukur tidak (belum) punya anak. Lihat temen yang punya bayi kok gegap gempita banget hidupnya. Day care mahal, nanny mahal. Mau bawa anak ke mana2 ya repot. Apalagi kalau ada kelas dari pagi sampai malam. Kebetulan gue dan (then) hubby termasuk yg suka lama2 di perpustakaan. Jadi nggak kebayang kalau kami punya anak rusuhnya kayak apa ya....
Lupa alasan jelasnya apa, thn ke-4 perkawinan kami ke Dokter Supardiman. Periksa ini itu. Kesimpulan awal adalah masalah hormonal yg terjadi krn terlalu chubby. Hahaha.... Kepalang tanggung... gue pun berusaha mengurangi bobot tubuh. Detox dibimbing bu Andang Gunawan & Dr. Riani. Trus mindful eating. Berhasil? Iya dong...
Yg nggak berhasil justru pernikahannya.
Mulai berantem. Mulai rusuh. Mulai gonjang ganjing.... Tapi yg tahu cuma nyokap gue. Dan seperti umumnya ibu2 di seluruh dunia... beliau tidak menganjurkan bercerai. Malah nyuruh liburan. Trus gue nurut....
Sepertinya liburan yg diwarnai berantem itulah yg meninggalkan kenangan manis :)
Sebulan setelah liburan, bukannya baikan, malah makin runyam pernikahan gue. Wacana cerai mulai hadir tuh. Wacana yg menurut gue lebih menarik ketimbang status istri pertama. Eiiitts... tp kok badan gue rasanya nggak enak? Rasanya kayak mau flu plus PMS plus lemes. Pulang kantor, mampir ke apotik beli test pack. Sampai rumah langsung tes dan ... jreeeenggg.... positif aja gitu.
Rasanya gimana? It was a complete mixed feeling. Mau cerai kok malah hamil. Gue nggak jelas juga apa perasaan bapaknya anak gue. Yg gue ingat, wajahnya linglung.
Saat itulah gue yakin... Tuhan memang maha segalanya... termasuk Maha Komedian. You are soooo hilariously funny, oh Dear God :)
Ke-MahaLucu-an Tuhan menghadirkan Aria tgl. 23 April 2004. And it was at that moment, I fell in love to him. Instantly.
Aria lahir lewat operasi krn terlilit tali pusatnya yg panjangnya 1m. Nangis keras satu kali. Lalu diam. Tidur lagi. Dan dia tidur sangat banyak :) Menjadi bayi yg tenang, nyaris tanpa suara. Kalau lapar, popoknya basah, atau ngantuk, dia hanya cerewet... jarang menangis. Nggak terbukti kekhawatiran gue soal bayi nangis lama. Justru pernah dia sengaja gue diemin aja waktu nangis, krn gue pengen denger tangisan lebih lama. Hahaha....
Gue sempat merasa akan kehilangan dia, waktu sakit demam berdarah di usia 6 bulan. Waktu itu kondisi Aria bengkak besar sekali dan sudah lemas nggak bisa apa2. Masuk NICU. Gue ingat sekali badannya dibanduli macam2 selang dan kabel. Nggak bisa dipeluk, hanya dielus saja, "Kuat ya nak. Sabar. Kuat. I love you." And he made it. Alhamdulillah....
Dan hari ini, si bayi tenang itu sudah 11 tahun umurnya. Sudah besar (badannya). Enak dipeluk. Dan dia tetap menjadi teman baik gue. Setiap saat, sama seperti waktu dia masih di perut, dia akan nungguin gue cerita ini itu. Dia bisa sabar mendengarkan. Dan skrg bisa gantian bercerita ttg teman2nya.
Suatu ketika, gue tahu dia suka sama salah satu teman perempuan, dan senyum2 waktu gue konfirmasi. Lalu di lain waktu, waktu jalan2 bareng temannya, ada salah satu yg tanya, "Mamamu tahu nggak, rahasia terbesar?" Aria dgn pede jawab, "Tahu dooooong..." Apa itu? Gue yg penasaran. "Itu lho buuuuu... (dia lalu bisik2 nama teman perempuan itu)."
I am sooo glad that I know things considered as his biggest secret :D
Ketika Aria mulai mau tidur sendiri, gue yg galau berat. Kasur kamar gue rasanya jadi luaaaasss banget. Gue jadi bego dan malam itu nggak bisa tidur.
Oh ya, Aria juga posesif. Dan tahu aja kalau ibunya pergi untuk kerja atau sekadar ngeceng hahaha.... Dia akan langsung kirim peringatan2 cepat pulang kalau tahu ibunya lagi kecentilan.
Sungguh sebuah kehormatan besar dipercaya Tuhan mengasuh Aria. Usaha untuk Aria dibantu banyak sekali orang. Dari mulai mengajari baca, sampai ikut urun rembug soal pendidikan dia, formal dan informal. Rejeki anak memang nggak ketuker... meskipun nggak punya kesempatan dibesarkan ayah kandungnya, Aria tidak kekurangan kasih sayang atau perhatian. Semua orang di sekitarnya sayang dan peduli. Dari mulai belikan mainan sampai buku2 lengkap so he started his own kids library by the age of 3... sampai mendanai sekolah dan keperluannya yg tidak sedikit.
Aria banyak mengubah hidup gue. Gue tetap tidak suka anak kecil (yg lain). Favorit gue ya cuma satu itu dan tidak bisa membayangkan nelongsonya kalau dia nggak ada. Dia yg membuat gue punya cambuk di tangan. Cengeng krn urusan kantor? Cambuk. Ayo kerja. Kehabisan uang? Cambuk. Ayo cari. Patah hati? Cambuk! Jangan lama2 sedihnya.
Aria seperti bensin yg bisa membakar semangat gue. Jd skrg ini, kalau gue kisruh, gue akan segera pulang, lihat wajahnya. Kepala langsung dingin. Dan semua masalah tiba2 jadi masuk akal. Beres. Tentu saja ada masa2 dia yg bikin ibunya sedih sekaligus bingung antara mau marah atau mau ketawa atau mau nangis. Misalnya kalau nilai ulangannya jelek, dia malas belajar, atau sedang bandel aja mau gangguin orang serumah. Atau kalau tiba2 dia perlu sesuatu untuk sekolah, besoknya, dan baru inget setelah jam 9 malam....
But somehow he is always cute. Semakin besar, jg semakin banyak kejadian2 sederhana yg menyejukkan hati.
"Ibu, betul nggak cara aku nulis 'di sini'?"
"Betul."
"Yg nulisnya disambung yg mana?"
"Kalau diikuti kata kerja."
"Jadi seperti 'dicium' dan 'dipeluk'?" (lalu dia peluk dan cium gue)
Atau tiba2 bilang:
"Aku sayang Ibu. Sampai keluar galaksi, lalu balik lagi ke bumi."
*meleleh*
Doa yg tak putus2, untuk kesehatan dan kebahagiaan Aria. Semoga menjadi orang yg berguna bagi sekitarnya. Amin. Selamat ulang tahun, Aria sayang. Ibu akan selalu sayang. Selalu. Selama-lamanya.