Kira-kira sebulan lalu, di grup wa kantor lama nongol pesan: mamaku meninggal. Spt biasa kalau ada berita kematian, gue selalu ingin hadir utk keluarga yg ditinggalkan. Just to be there. Seringnya bbrp hari setelahnya. Waktu pengajian biasanya. Tp kesibukan dan gonjang ganjing duniawi cukup menenggelamkan gue. Sampai akhirnya sebulan berlalu dan gue belum ke rumah teman gue itu sama sekali. Trus, dua hari lalu, dia msg lagi di grup: papaku meninggal.
Innalillahi wa innailaihi rajiuun.
Akhirnya kemarin membulatkan tekad harus datang ke rumahnya. Sejauh apa pun. Beda provinsi euy.
Di tengah suasana duka, teman gue bercerita. Ayahnya sdh sejak lama sakit jantung. Banyak penyumbatan. Tahun 2008 pernah operasi by pass. Dan sejak itu, sering gangguan sesak napas. Ya namanya sakit jantung. Tdk putus asa, si ayah tetap aktif olahraga untuk jaga kebugaran. Tapi justru si ibu yg sehat bugar malah lebih dulu dipanggil Allah SWT. Suatu pagi, setelah mengurus keperluan si ayah, tiba2 ibu sesak napas. Lalu dibawa ke RS. Lalu meninggal. Sudah. Sungguh memang mati rahasia Tuhan. Tidak perlu sakit, tidak perlu kecelakaan, kalau memang takdir dijemput ajal, ya sudah. Lalu 40 hari kemudian, kemarin, si ayah menyusul. Meninggal dunia krn gagal jantung.
Teman gue dan keluarganya tentu sedih berlipat ganda, kehilangan orang tercinta susul menyusul. Gue pun turut berduka. Tapi, kematian ayah dan ibu yang berdekatan waktunya itu sangat mengagumkan gue. Aren't they soulmate? Mereka sungguh tidak bisa hidup tanpa pasangannya. Takdir membuat yg satu segera menyusul yg lain. Terima kasih Tuhan sudah menunjukkan contoh bahwa ada cinta sejati di dunia.
No comments:
Post a Comment