Wednesday, March 23, 2011

Rumah Kami

Ini mungkin bisa dibilang posting lanjutan dari yg sebelumnya.

Setelah open house hari sabtu kemarin... banyak komen soal rumah yg gue dengar atau baca. Sebelum open house, papap sempat posted a note di FB, ttg kecemasan dia soal komentar orang2. Yaaaa... gue sih ngerti kecemasan dia. Mungkin sama spt mules2nya gue kalau majalah mau terbit :)

Banyak memang komentar ttg rumah. Ada yg bilang bagus. Ada yg bilang sbg rumah berdesain biasa tapi krn punya prosotan jd bagus. Atau: rumah yg nggak jelas, krn warnanya abu2. Ada yg memuji desain rumahnya bagus tapi nggak ramah anak2. Ada yg mengritik bahannya (full concrete) yg mahal dan panas. Dll....

Buat gue yg tinggal di dalamnya... gue kok nggak peduli dgn komen2 itu :D

Rumah itu tetap akan menjadi rumah yg terbagus buat gue. Just for a simple reason: because it is my house, our home.

Dan memang, gue spt papap yg memaknai rumah itu bukan krn prosotannya atau krn atap betonnya, tp karena kejadian tiap hari yg ada di bawah atapnya. Bahkan sebelum rumah itu dihuni, sdh banyak kejadian yg tersimpan di memori.

Siapa yg tahu kalau dapur dibangun dgn mas kawin gue? Lalu tiba2 ada yg ngasih 'kado' lantai marmer. Di tengah2 pembangunan mau selesai, uang habis... dan gue merelakan beberapa perhiasan masuk toko emas cikini. Pinjaman lunak (dipresto, digiling, diayak.... sampai halus banget... love you, dear....) dari OmD tentu nggak boleh dilupakan juga, krn kalau nggak ada itu, ruang baca, kamar mandi gue & kamar Aria bisa2 nggak jadi. Dan banyak sekali hal2 semacam itu yg dulu bikin tekanan darah jd tinggi, skrg alhamdulillah sdh berlalu.

Rumah itu menjadi rumah yg terbagus, setelah melalui 'perjuangan' membangunnya. Krn kami bukan keluarga kaya yg dpt warisan kebun kelapa sawit atau tambang batubara. Jd semua yg ada di situ betul2 sdh maksimal bener :p

Rumah itu tetap menjadi yg terbagus krn di dalamnya gue melihat Aria tumbuh. Rumah itu menyaksikan jutaan pelukan dan ciuman yg terjadi antara gue dan Aria. Merekam interaksi istimewa antara Aria & eyang. Dan menandai hubungan tom & jerry antara Aria & papap. Pintu kamar rumah itu jadi jalan surat2 Aria, salah satunya bertuliskan: semoga ibu sembuh, waktu gue sakit dan dia nggak bisa tidur sama gue. Gue selalu kangen momen2 wajah Aria nongol di jendela, waktu gue di kamar dan dia pengen gangguin gue.

Dgn segala kelebihan dan kekurangannya, rumah itu akan selalu menjadi yang terbagus buat kami yg tinggal di dalamnya.

2 comments:

SparklingRain said...

Thank you so much for sharing this :) I cannot help googling your house and whoa! A beautiful space indeed.

I am longing for a new house myself, because our current place is...indecent to say the least. I'm unhappy about its moldy walls, its rotting roof and its traditional wet bathroom.

Problem is: all of my savings in the world (ha!) will not be enough to renovate the house, let alone buying a new one. Your story is an inspiration. Here's hoping within the next 8 years I could finally afford a bankloan to renovate/buy a new house.

PS: Your brother is an awesome architect. I hope he'll be the one designing my new house :)

Budiana said...

Hi Sparkling Rain... I'm appy to be an inspiration! Wooow... sounds like a huge word :) Are you living around BSD too? We're in sec 14.6. You can stop by at our house and test its spiral slide if you want :D