Laporan mendalam hasil survey harian Kompas, tampil dua hari berturut-turut. Soal scammer lokal dari situs kencan, mirip Tinder Swindler. Korbannya pasti banyak. Rugi puluhan juta & terjerat pinjol. Jangan dikira yang jadi korban sekadar perempuan bucin, karena ada yang dokter, pengusaha, PNs. Artinya? Perempuan pintar pun bisa teperdaya.
Dating side memang fenomena menarik. Apalagi saat perjumpaan dibatasi karena pandemi. Seru sih, kenalan dengan orang baru yang sama sekali nggak tahu latar belakangnya. Ngobrol tanpa saling tahu apa-apa, lalu menemukan bahwa dia ternyata pandai main biola atau punya usaha tambang di pulau terluar Indonesia.
Tapi… yang tipu-tipu juga ada (banyak banget). Misalnya baru kenal seminggu trus hp-nya kecemplung sumur jadi minta dibelikan hp baru. Atau tiba-tiba ibunya masuk ICU padahal ga punya BPJS jadi minta bantuan dana. Atau pas tahun ajaran baru, anaknya perlu buku baru padahal motor juga pas masuk bengkel alias banyak pengeluaran. Ealah…
Yang saya paham, hanya laki-laki ra duwe udel yang minta duit sama perempuan. Terserah perempuannya sih. Kalau mau ngasih… apalagi karena alasan cinta (gundul amoh)… ya siap-siap aja terjerat bujuk rayu playboy cap tikus.
Saya pun beberapa kali kenal teman baru lewat situs kencan. Tidak selamanya harus jadi pasangan, beberapa jadi teman ngobrol sampai saat ini (hello, you 🥰). Yang mau minta uang juga ada. Tapi yaaaa… ga bakal saya kasih wong saya juga nabung sampai mringis-mringis. Sebagai sahabat pegadaian, saya akan anjurkan para peminta sumbangan itu buat menggadaikan barang-barang. Ga punya? Ya gadaikan saja cintamu, mas…. Gombal mukiyomu kuwi jajal… iso ra mbok dol.
Balik lagi ke liputan Kompas… saya bayangkan banyak juga perempuan yang tidak melapor setelah jadi korban. Malu karena tertipu? Malas berurusan dengan hukum? Menyebalkan sekali memang bahwa pria mbelgedhes itu jadi masih terus berkeliaran cari korban baru. Karena itu, wahai para perempuan… waspadalah waspadalah!
No comments:
Post a Comment