Bbrp hari yg lalu, ada seorang istri ke rumah. Nyari suaminya. Suaminya pamit kerja di Playhouse. Pdh itu hari libur. Ngakunya lembur. Lemburin apa? Wong nggak ada apa2... serumah Playhouse malah semua tidur. Si istri, dgn mata sembab dan nggak nyaman, cuma bilang, "Ya udah Bu. Ibu jangan bilang ya, kalau saya ke sini."
Sebuah pesan yg sederhana, nggak susah buat dikerjakan. Tp kok nyesek bener. Ini pasti ada hubungannya sama laki-laki mata keranjang.
Langsung lapor pak boss. Yg lalu setelah mencerna dan mengeja, ingat sesuatu soal percakapan dalam perjalanan, yg diyakini bukan dilakukan laki-laki itu ke istrinya. Oalah. Jadi laki-laki itu selingkuh? "Mungkin enggak. Atau belum. Krn kesempatannya nggak ada sih," jawabnya.
Apa pun itu... kenapa laki-laki mudah (tergoda) cari selingan? Nggak perlu kaya, nggak perlu ganteng... begitu ada kesempatan... cuss.... Njaluk disampluk sandal.
Dan mau nggak mau, percakapan soal selingkuh ini membawa ingatan ke momen sekian belas tahun silam. Ketika satu perselingkuhan terkuak, dan gue memilih untuk nggak terlibat di dalamnya. Meskipun gue lebih berhak, secara hukum negara maupun hukum agama. I resigned.
Trus ingat ada pakde yg ketahuan menikah lagi ketika dia meninggal. Krn istri berikutnya (dan anak2) hadir di pemakaman. Astaga. Sementara anak2 sdh besar. Dan harus apa coba kalau begitu? Warisan kok bentuknya keluarga lain....
Juga ingat seseorang, teman keluarga, yg terlihat baik2 saja, tp ternyata menyimpan rahasia. "He built another house for her, a nice one, somewhere in Bekasi," kata informan yg layak dipercaya tentang istri kedua. Oh My God.
Semua hal soal selingkuh ini masih terbayang di ingatan. Kok ya tadi pagi ditelpon sama orang yang mengaku sebagai istri seseorang. Nada tinggi. Suara emosi. Marah.
"Dia sudah beristri. Punya dua anak yg sudah besar. Dan sudah kawin lagi 2 kali. Kamu yg kesekian."
"Marahnya jangan sama saya, salah alamat. Tanya suamimu saja."
Gue tutup telepon. Rasanya nggak tahu harus apa dan ngapain. Rasanya pengen ngrawus laki-lakinya. Tp lalu seperti biasa, sadar bahwa gue jg mungkin ada andil salah. Meskipun tetap kembali ke pertanyaan, "Kenapa laki-laki mudah berselingkuh?"
Sungguh sebuah cara aneh mengawali hari.
No comments:
Post a Comment