Beberapa kali dapat pertanyaan, "Gimana caranya mengubah nyokap supaya gini gini gitu..."
'Gini-gini-gitu' bisa diganti macam2... intinya sih supaya nyokap nggak kayak sekarang. Jawabnya? Nggak bisa lah yaw. Hahahaha....
Nyokap, seperti juga orang2 lain... nggak akan bisa berubah kalau nggak karena keinginan beliau sendiri. Pengen beliau lebih mandiri? Lebih royal? Lebih nggak panikan? Lebih nggak kepo? Ya nggak bisa kalau beliau nggak mau. Maaf ajaaaaa....
Gue adalah contoh anak yg nggak pernah keluar dari rumah. Iya. Selalu tinggal sama orang tua. Gue rasa memang rejeki gue aja. Anaknya nyokap ada 3, yg 2 kuliah di luar Jakarta. Hanya gue yg di UI Depok. Punya kamar kos, tp tetep lebih sering pulang hahahaha.
Ditakdirkan nggak boleh pisah jauh2 dr nyokap... waktu punya anak kok ya balik ke rumah nyokap. Trus waktu Aria sdh agak besar, sdh mulai harus mikir sekolah... memutuskan pindah ke BSD. Nyokap? Ikut. Beliau jual rumahnya buat bangun tanah sebelah rumah gue. Hahahaha.... Jadi skrg gue dan nyokap ya tetep satu rumah. Practically ada kakak gue yg tinggal di rumah juga. Tp tetep aja kayaknya nyokap ya maunya apa2 ke gue... hahaha... mungkin krn gue anak perempuan?
Nah... selama ini hidup sama nyokap, nggak mungkin lah kalau nggak ada perselisihan. Tp makin ke sini, kok ya rasanya semakin nggak pengen rusuh2. Udahlah.... Memang ada bbrp sikap nyokap yg gue nggak setuju. Kebiasaan2 beliau juga banyak yg menurut gue 'kurang kekinian'... hahaha.... Tapi ya gimana? Nggak akan berubah kalau beliau tak ingin ganti sendiri. Gue merasa cukup bilang sekali kalau gue ga setuju. Habis itu terserah. Kalau masih berulang lagi, gue akan melipir aja pura2 nggak lihat. Beres. Gengges? Iya sih. Tp trus gimana? Sebentar kemudian juga beliau akan lupa. Jadi percuma juga marah2 tarik urat.
Yang paling penting adalah gue akan ingat2... duluuu... dulu banget waktu gue kecil... gue pasti juga gengges macam begitu. Iya kan.... Jadi kalau skrg digenggesin.... ya udahlah yaaaa... Enjoy aja!
Monday, October 30, 2017
Friday, October 20, 2017
Addiction
.... Being without you
Takes a lot of getting used to
Should learn to live with it
But I don't want to....
(Hard Habit to Break - Chicago)
Takes a lot of getting used to
Should learn to live with it
But I don't want to....
(Hard Habit to Break - Chicago)
Thursday, October 19, 2017
To Fall in Love
Dreams... you've been afraid to have dreams
Here in my arms lying face to face
It's a tender place
Just lay back and see
You could be saved loving me
Don't pull away when I call you're mine
What you need is time
And I just want you...
To fall in love
To take the chance
Giving your heart
That's all I ask
To fall in love is what you have to do
Just like I have to fall in love with you
Friends, we started out more than friends
We should have known when we touch too deep,
It was far too sweet
Don't let this feeling end
'Cause I want to touch you again
If you could see that your heart is mine just a bit too kind
And how I need you...
To fall in love
To take the chance
Giving your heart
That's all I ask
To fall in love is what you have to do
Like I have to fall in love with you
You are a part of me won't ever be just a memory
Sometimes you really have to love
And I know I can make you...
Baby, I love you....
To fall in love....
To fall in love is what you have to do
Like I have to fall in love with you
I just have to fall in love with you.
(Phil Perry)
Here in my arms lying face to face
It's a tender place
Just lay back and see
You could be saved loving me
Don't pull away when I call you're mine
What you need is time
And I just want you...
To fall in love
To take the chance
Giving your heart
That's all I ask
To fall in love is what you have to do
Just like I have to fall in love with you
Friends, we started out more than friends
We should have known when we touch too deep,
It was far too sweet
Don't let this feeling end
'Cause I want to touch you again
If you could see that your heart is mine just a bit too kind
And how I need you...
To fall in love
To take the chance
Giving your heart
That's all I ask
To fall in love is what you have to do
Like I have to fall in love with you
You are a part of me won't ever be just a memory
Sometimes you really have to love
And I know I can make you...
Baby, I love you....
To fall in love....
To fall in love is what you have to do
Like I have to fall in love with you
I just have to fall in love with you.
(Phil Perry)
Wednesday, October 18, 2017
I Love You
... if I keep my feeling strong... I'll find a song you sing....
Born to Love You (George Duke)
Born to Love You (George Duke)
Tuesday, October 17, 2017
Bercerai Kita...
Nggak akan ada orang yang berencana untuk bercerai. Nggak ada. Namanya menikah, pasti niatnya untuk selamanya. Jadi kalau memang harus bercerai, pasti... dan harus... ada alasan kuat. Kuat saja tidak cukup, alasan untuk bercerai harus sangat sangat sangat kuat.
Gue mungkin bukan "contoh yang baik" mewakili perempuan yang bercerai. Karena gue bisa tuh, mengabarkan perceraian dengan nada yang sama seperti bilang, "Lihat deh, sepatu gue baru, bagus ya." Hahaha.... ya gue memang gitu. Cuek. Sejak bercerai, kecuekan ini makin menjadi karena gue tahu, sejauh ini, ga ada kejadian di dunia yang lebih buruk akibatnya dalam hidup gue sehebat perceraian dan anak masuk RS.
Tapi itu kan sekarang....
Dulu, gue pun melewati masa galau, bercerai atau enggak, nanti kalau sudah bercerai gimana... tinggal di mana... Anakku piye? Tapi toh gue tetap bercerai karena tidak ada pilihan lain.
Sekarang, setelah kurang lebih 13 tahun menjadi single mom... banyak yang melihat bahwa gue baik2 saja. Anak sehat. Sekolahnya betul. Gue sendiri sehat juga (fat overdose malahan hahaha), dengan karier yang bener. Punya rumah. Punya kendaraan. Bisa liburan sekali atau bahkan dua kali setahun. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Ga bisa bilang apa2 selain bersyukur bisa sampai di titik yang sekarang.
Karena sebenernya, masalah yg utama bukan bercerai atau tidak bercerai. Perceraian itu hanya semacam pintu. Yang mestinya dipikirin adalah dunia di balik pintu itu, yang tidak akan kamu tahu sebelum kamu masuk ke dalamnya. Di balik pintu perceraian itu, lagu2nya nggak selalu merdu... kalau kata salah satu fellow single mom.... lagu2nya terserah DJ mau muterin apa... pengunjung harus goyang ajalah pokona mah... kalau enggak goyang pilihannya edan.
Nah, kehidupan di balik pintu perceraian itulah yang banyak tidak disangka oleh orang2. Seolah2 setelah bercerai, hidupmu akan baik2 saja dan mulus2 saja karena persoalan besar sudah kau lalui. Maaf cyin... belum tentu begitu ceritanya....
Betul... setelah proses perceraian usai, hakim ketok palu... kamu resmi jadi single lagi. Oke. Single... bisa pacaran lagi dong? Bisa banget... itu juga salah satu dunia baru. Bayangkan... saat temen2 lain (yg sudah menikah) sibuk ngurusin pasangan yg ngambekan, lagi bosen, mulai merasa rutin... kita para single bisa punya pacar, dating, dan kalau marahan suruh pulang aja tuh laki! Enak? Enak sih... kalau bener bisa begitu saja urusannya. Karena oh karena... selain bahwa kita para single ini boleh dating lagi... ada konsekuensi sosial juga yang hrs dipikul. Misalnya... akan ada cowok2 yg merasa perempuan (berumur) single ini perlu dikasihani karena haus kasih sayang dan haus belaian, dan mereka suka cita memberikan tanpa pamrih (pret). Di sisi lain, akan ada cewek2 yg ketakutan dgn keberadaan single mom. Seolah setiap single mom adalah perempuan gatal yang akan mengganggu suami2 mereka, jadi harus dijauhi dan dimusuhi. Ngadepin begini2 kalau nggak pinter bisa jadi masalah baru. Yg juga perlu diurus adalah masalah stigma di masyarakat. Printilan2 ga penting ini baru akan terjadi (dan mengganggu pikiranmu) setelah kamu resmi bercerai.
Mau cuek aja? Boleh banget. Dan memang seharusnya begitu. Cuek aja. Tapi tentu saja bukan lalu cuek aja menghampiri tiap laki2 yg royal dgn belaian dan pelukan dong... Cuek tetap harus yg bermartabat. Siap2 menampar semua laki2 beristri yg mendatangi dgn kedok cinta. Tabok aja. Cuek. Tp harus tetap berkarya. Bukan masalah pembuktian, berkarya itu harus krn itulah kodrat manusia. Kalau berkarya bisa menghasilkan... bagus juga.
Ngomongin berkarya yang menghasilkan... harus juga dipikirin, setelah cerai, gimana menghidupi anak2. Oke... tentu ada keputusan pengadilan bahwa bapak anak2 harus membiayai. Bagus sih, kalau keputusan ini dijalankan. Kalau enggak? Mau nuntut hak boleh2 aja... lapor polisi juga silakan... tp kalau nggak dikasih juga, mau apa? Bapaknya anak2 ditangkap polisi biar kapok? Memang kalau kapok trus ada jaminan ngasih duit? Enggak cyin.... You will be on your own once the knot were broken. Camkan itu. Lu harus bisa berdiri sendiri. Jungkir balik kadang2... ya dijalani ajalah... bisa jadi ada tanggal2 mepet jurang... hahaha... sudahlah... dinikmati aja. Percaya kalau rejeki sudah diatur Tuhan YME, tinggal cari cara menjemput yg halal.
Ada banyak hal yang nggak dialami orang2 yg belum pernah bercerai.
"Biasa juga sendirian kalau suami pergi ke luar kota."
Gundulmu amoh. Beda tauk. Sendirian untuk sesaat karena tahu akan ada yang pulang (meskipun pulang cuma sehari), beda dengan sendirian dan tahu pasti besok pun akan tetap sendirian. Minggu depan juga masih akan sendirian. Bedanya di mana? Nggak bisa diceritain. Harus dirasain sendiri.
"Selama ini kan gue kerja juga, bisalah menghidupi anak2."
Ya bagus kalau begitu. Jangan lupa, kalau sdh cerai, keluar dari rumah, atau pisah rumah sama bapaknya anak2... berarti ada tambahan biaya listrik, air, bensin (atau malah mobilnya sekalian yg hrs diurus), juga uang sekolah anak2 yg selama ini mungkin jadi tanggung jawab suami... dan skrg semua hrs lu lunasin sendiri. Sendiri. Syukur2 kalau ada allowance rutin dari doi tiap bulan... kalau nggak? Bayar tuh sendiri. Apalagi kalau ternyata kehidupan selama ini 100% ditunjang suami.... Nah... kalau sendiri gimana? Sudah siap?
"Ternyata banyak kok yg masih naksir gue, di dating site gue masih laku."
Tobil anak kadal. Dating site itu nggak bisa dipercaya. Ya tetep ada kemungkinan ketemu jodoh. Tapi udahlah jangan diharapkan terlalu banyak... pacaran belasan tahun aja bisa cerai, kok masih percaya dating site.... Intinya juga, jangan buru2 mau cari pasangan lagi. Apa salahnya? Nggak ada. Tapiiii... ketemu orang baru saat hati masih galau... apa yg kau harapkan? Setiap hubungan, sebentar atau lama, ketika usai pasti meninggalkan kekosongan di hati. Itu yg harus dibenahi dulu. Beres2 dulu deh. Jangan terlalu gegabah mau dapat pasangan lagi. Hati yang belum bener bisa mengelabui. Kayaknya cinta... padahal cuma nafsu. Kayaknya tertarik... padahal cuma karena nggak ada yg lain aja. Gawat kan?
"Gue sih nggak mau urus cerai, enak aja, dia yg salah. Dia yg urus. Jangan sampai gue rugi dua kali."
Gombal mukiyo. Ini pernikahan atau kontrak dagang... kok ada untung rugi.... Jangan pernah melihat perceraian sebagai masalah untung atau masalah rugi... karena itu semestinya jadi jalan keluar yg paling akhir (kalau beneran sudah nggak ada cara lain). Siapa yang urus perceraian jadi nggak penting, karena itu tadi... yg penting adalah kenapa bercerai dan setelah cerai situ mau apa.... Ini bukan mainan yang bisa di-delete, atau di-undo....
Hmm... panjang juga postingan ini ya. Tumben. Mudah2an ada gunanya sih. Ini semua berdasarkan pengalaman personal yang... hmm... mungkin berbeda untuk tiap orang. Tetap yg perlu digarisbawahi: bercerai perlu alasan yang sangat kuat. Dan yang menjalankan harus siap. Bye.
Gue mungkin bukan "contoh yang baik" mewakili perempuan yang bercerai. Karena gue bisa tuh, mengabarkan perceraian dengan nada yang sama seperti bilang, "Lihat deh, sepatu gue baru, bagus ya." Hahaha.... ya gue memang gitu. Cuek. Sejak bercerai, kecuekan ini makin menjadi karena gue tahu, sejauh ini, ga ada kejadian di dunia yang lebih buruk akibatnya dalam hidup gue sehebat perceraian dan anak masuk RS.
Tapi itu kan sekarang....
Dulu, gue pun melewati masa galau, bercerai atau enggak, nanti kalau sudah bercerai gimana... tinggal di mana... Anakku piye? Tapi toh gue tetap bercerai karena tidak ada pilihan lain.
Sekarang, setelah kurang lebih 13 tahun menjadi single mom... banyak yang melihat bahwa gue baik2 saja. Anak sehat. Sekolahnya betul. Gue sendiri sehat juga (fat overdose malahan hahaha), dengan karier yang bener. Punya rumah. Punya kendaraan. Bisa liburan sekali atau bahkan dua kali setahun. Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah.
Ga bisa bilang apa2 selain bersyukur bisa sampai di titik yang sekarang.
Karena sebenernya, masalah yg utama bukan bercerai atau tidak bercerai. Perceraian itu hanya semacam pintu. Yang mestinya dipikirin adalah dunia di balik pintu itu, yang tidak akan kamu tahu sebelum kamu masuk ke dalamnya. Di balik pintu perceraian itu, lagu2nya nggak selalu merdu... kalau kata salah satu fellow single mom.... lagu2nya terserah DJ mau muterin apa... pengunjung harus goyang ajalah pokona mah... kalau enggak goyang pilihannya edan.
Nah, kehidupan di balik pintu perceraian itulah yang banyak tidak disangka oleh orang2. Seolah2 setelah bercerai, hidupmu akan baik2 saja dan mulus2 saja karena persoalan besar sudah kau lalui. Maaf cyin... belum tentu begitu ceritanya....
Betul... setelah proses perceraian usai, hakim ketok palu... kamu resmi jadi single lagi. Oke. Single... bisa pacaran lagi dong? Bisa banget... itu juga salah satu dunia baru. Bayangkan... saat temen2 lain (yg sudah menikah) sibuk ngurusin pasangan yg ngambekan, lagi bosen, mulai merasa rutin... kita para single bisa punya pacar, dating, dan kalau marahan suruh pulang aja tuh laki! Enak? Enak sih... kalau bener bisa begitu saja urusannya. Karena oh karena... selain bahwa kita para single ini boleh dating lagi... ada konsekuensi sosial juga yang hrs dipikul. Misalnya... akan ada cowok2 yg merasa perempuan (berumur) single ini perlu dikasihani karena haus kasih sayang dan haus belaian, dan mereka suka cita memberikan tanpa pamrih (pret). Di sisi lain, akan ada cewek2 yg ketakutan dgn keberadaan single mom. Seolah setiap single mom adalah perempuan gatal yang akan mengganggu suami2 mereka, jadi harus dijauhi dan dimusuhi. Ngadepin begini2 kalau nggak pinter bisa jadi masalah baru. Yg juga perlu diurus adalah masalah stigma di masyarakat. Printilan2 ga penting ini baru akan terjadi (dan mengganggu pikiranmu) setelah kamu resmi bercerai.
Mau cuek aja? Boleh banget. Dan memang seharusnya begitu. Cuek aja. Tapi tentu saja bukan lalu cuek aja menghampiri tiap laki2 yg royal dgn belaian dan pelukan dong... Cuek tetap harus yg bermartabat. Siap2 menampar semua laki2 beristri yg mendatangi dgn kedok cinta. Tabok aja. Cuek. Tp harus tetap berkarya. Bukan masalah pembuktian, berkarya itu harus krn itulah kodrat manusia. Kalau berkarya bisa menghasilkan... bagus juga.
Ngomongin berkarya yang menghasilkan... harus juga dipikirin, setelah cerai, gimana menghidupi anak2. Oke... tentu ada keputusan pengadilan bahwa bapak anak2 harus membiayai. Bagus sih, kalau keputusan ini dijalankan. Kalau enggak? Mau nuntut hak boleh2 aja... lapor polisi juga silakan... tp kalau nggak dikasih juga, mau apa? Bapaknya anak2 ditangkap polisi biar kapok? Memang kalau kapok trus ada jaminan ngasih duit? Enggak cyin.... You will be on your own once the knot were broken. Camkan itu. Lu harus bisa berdiri sendiri. Jungkir balik kadang2... ya dijalani ajalah... bisa jadi ada tanggal2 mepet jurang... hahaha... sudahlah... dinikmati aja. Percaya kalau rejeki sudah diatur Tuhan YME, tinggal cari cara menjemput yg halal.
Ada banyak hal yang nggak dialami orang2 yg belum pernah bercerai.
"Biasa juga sendirian kalau suami pergi ke luar kota."
Gundulmu amoh. Beda tauk. Sendirian untuk sesaat karena tahu akan ada yang pulang (meskipun pulang cuma sehari), beda dengan sendirian dan tahu pasti besok pun akan tetap sendirian. Minggu depan juga masih akan sendirian. Bedanya di mana? Nggak bisa diceritain. Harus dirasain sendiri.
"Selama ini kan gue kerja juga, bisalah menghidupi anak2."
Ya bagus kalau begitu. Jangan lupa, kalau sdh cerai, keluar dari rumah, atau pisah rumah sama bapaknya anak2... berarti ada tambahan biaya listrik, air, bensin (atau malah mobilnya sekalian yg hrs diurus), juga uang sekolah anak2 yg selama ini mungkin jadi tanggung jawab suami... dan skrg semua hrs lu lunasin sendiri. Sendiri. Syukur2 kalau ada allowance rutin dari doi tiap bulan... kalau nggak? Bayar tuh sendiri. Apalagi kalau ternyata kehidupan selama ini 100% ditunjang suami.... Nah... kalau sendiri gimana? Sudah siap?
"Ternyata banyak kok yg masih naksir gue, di dating site gue masih laku."
Tobil anak kadal. Dating site itu nggak bisa dipercaya. Ya tetep ada kemungkinan ketemu jodoh. Tapi udahlah jangan diharapkan terlalu banyak... pacaran belasan tahun aja bisa cerai, kok masih percaya dating site.... Intinya juga, jangan buru2 mau cari pasangan lagi. Apa salahnya? Nggak ada. Tapiiii... ketemu orang baru saat hati masih galau... apa yg kau harapkan? Setiap hubungan, sebentar atau lama, ketika usai pasti meninggalkan kekosongan di hati. Itu yg harus dibenahi dulu. Beres2 dulu deh. Jangan terlalu gegabah mau dapat pasangan lagi. Hati yang belum bener bisa mengelabui. Kayaknya cinta... padahal cuma nafsu. Kayaknya tertarik... padahal cuma karena nggak ada yg lain aja. Gawat kan?
"Gue sih nggak mau urus cerai, enak aja, dia yg salah. Dia yg urus. Jangan sampai gue rugi dua kali."
Gombal mukiyo. Ini pernikahan atau kontrak dagang... kok ada untung rugi.... Jangan pernah melihat perceraian sebagai masalah untung atau masalah rugi... karena itu semestinya jadi jalan keluar yg paling akhir (kalau beneran sudah nggak ada cara lain). Siapa yang urus perceraian jadi nggak penting, karena itu tadi... yg penting adalah kenapa bercerai dan setelah cerai situ mau apa.... Ini bukan mainan yang bisa di-delete, atau di-undo....
Hmm... panjang juga postingan ini ya. Tumben. Mudah2an ada gunanya sih. Ini semua berdasarkan pengalaman personal yang... hmm... mungkin berbeda untuk tiap orang. Tetap yg perlu digarisbawahi: bercerai perlu alasan yang sangat kuat. Dan yang menjalankan harus siap. Bye.
Wednesday, October 11, 2017
Cinta Itu...
Mencintai seseorang tapi nggak bisa apa2. Sedih ya. Tapi tetep nggak boleh merasa diri paling menderita karena banyak yang lebih rusuh lagi hidupnya. Dibandingkan mereka yang nggak bisa makan, nggak punya tempat tinggal, anaknya masuk rumah sakit... sekadar urusan cinta sih cuma remahan rempeyek....
Meskipun mungkin rempeyeknya kelas atas yang harganya 1 ons Rp 600 ribu....
Seorang teman menceritakan kembali hidup pernikahan dia selama 16 tahun. Bersama orang yang dia cintai. Yang akhirnya dipisahkan oleh maut. Tapi pembukaan ceritanya aja sudah ngenes... "Memang janda yang ditinggal mati sepertinya lebih manis didengar. Meskipun hidupnya bisa saja lebih pahit."
Dia sudah jadi single mom 10 tahun. Sejak suami meninggal, dia tidak (atau belum?) menikah lagi. Pernikahan 16 tahun dengan orang yang dia cintai itu ternyata isinya duri melulu. Dari mulai nggak dikasih nafkah, diperlakukan seperti pembantu, dicaci maki, sampai ditinggal pergi. Bahkan waktu suaminya itu sakit pun, di rumah sakit, paralyzed due to terminal illness, dia masih bisa memaki dan membentak. Dan teman gue itu tetap melayani, menemani, mengurusi... sepenuh hati. Edan tenan.
Sejak kapan verbal KDRT? Sejak tamu-tamu pesta pernikahan pulang. Astaga.
Jadi hidup pernikahan diawali dengan, "Kamu nggak boleh tidur sebelum aku tidur, perempuan tolol."
Dan teman gue bertahan. Mengurusi tiga anak, rumah besar tanpa pembantu, dan suami yang sulit dibendung amarahnya. Dia akui, 16 tahun itu ia jalani dalam keadaan bahagia karena menikahi orang yg dia cinta. Meskipun dimaki? "Nggak apa2 dibentak juga, aku tetap cinta. Dari dia aku dapat tiga anak yang aku cinta juga." Meskipun selama itu tidak pernah dinafkahi, jadi dia dan anak-anak mengandalkan uang kiriman dari orangtua.
Suatu saat suaminya tidak bisa berjalan. Dan kesakitan. Dia pontang panting mencarikan kursi roda, cari taksi, ke rumah sakit. Dan sepanjang perjalanan itu suaminya tetap memaki, mengatai dia bodoh, lambat bekerja, tidak bisa apa2. Kok bisa? Kalau gue... udah gue tinggal dari kapan2....
Dia bahkan menyembunyikan penyakit suaminya, karena masih ingin sang suami bersemangat, jadi cepat sembuh, dan bisa pulang ke rumah. Susah payah dia kongkalikong sama dokter, suster... semua orang yang menjenguk untuk nggak membahas penyakit. Sampai akhirnya si suami meninggal. "Tugas gue sebagai istri sudah selesai. Mudah-mudahan gue menjalankan peran gue dengan baik," katanya.
Astaga.
Sekarang, 10 tahun setelah sang suami wafat... teman gue itu baru bisa menceritakan yang terjadi. Dan dia menangis, tersenyum, geram, tertawa, menangis, tersenyum... campur aduk... seperti merasakan kembali yang dia alami selama 16 tahun. Ketika ceritanya tuntas, dia tersenyum lebar sekali. "Gue berhasil mengeluarkan semua cinta gue buat suami. Terserah bagaimana balasan dia atas cinta gue. Semua sudah berlalu. Sudah gue ceritakan, jadi orang-orang tahu. Bukan, bukan untuk menjelekkan yg sudah tiada. Ini adalah upaya gue mengosongkan bagasi. Supaya lega. Sekarang gue bisa tenang menjalankan tugas gue menemani anak-anak."
Cinta. Katanya. Cinta yang aneh? Nggak tahu.
Dan gue yakin, yang model kyk temen gue itu banyak....
Ya kan, setelah tahu ada yang mengalami cinta yg "ajaib"... kisah cinta gue jadi biasa aja. Hahaha....
Meskipun mungkin rempeyeknya kelas atas yang harganya 1 ons Rp 600 ribu....
Seorang teman menceritakan kembali hidup pernikahan dia selama 16 tahun. Bersama orang yang dia cintai. Yang akhirnya dipisahkan oleh maut. Tapi pembukaan ceritanya aja sudah ngenes... "Memang janda yang ditinggal mati sepertinya lebih manis didengar. Meskipun hidupnya bisa saja lebih pahit."
Dia sudah jadi single mom 10 tahun. Sejak suami meninggal, dia tidak (atau belum?) menikah lagi. Pernikahan 16 tahun dengan orang yang dia cintai itu ternyata isinya duri melulu. Dari mulai nggak dikasih nafkah, diperlakukan seperti pembantu, dicaci maki, sampai ditinggal pergi. Bahkan waktu suaminya itu sakit pun, di rumah sakit, paralyzed due to terminal illness, dia masih bisa memaki dan membentak. Dan teman gue itu tetap melayani, menemani, mengurusi... sepenuh hati. Edan tenan.
Sejak kapan verbal KDRT? Sejak tamu-tamu pesta pernikahan pulang. Astaga.
Jadi hidup pernikahan diawali dengan, "Kamu nggak boleh tidur sebelum aku tidur, perempuan tolol."
Dan teman gue bertahan. Mengurusi tiga anak, rumah besar tanpa pembantu, dan suami yang sulit dibendung amarahnya. Dia akui, 16 tahun itu ia jalani dalam keadaan bahagia karena menikahi orang yg dia cinta. Meskipun dimaki? "Nggak apa2 dibentak juga, aku tetap cinta. Dari dia aku dapat tiga anak yang aku cinta juga." Meskipun selama itu tidak pernah dinafkahi, jadi dia dan anak-anak mengandalkan uang kiriman dari orangtua.
Suatu saat suaminya tidak bisa berjalan. Dan kesakitan. Dia pontang panting mencarikan kursi roda, cari taksi, ke rumah sakit. Dan sepanjang perjalanan itu suaminya tetap memaki, mengatai dia bodoh, lambat bekerja, tidak bisa apa2. Kok bisa? Kalau gue... udah gue tinggal dari kapan2....
Dia bahkan menyembunyikan penyakit suaminya, karena masih ingin sang suami bersemangat, jadi cepat sembuh, dan bisa pulang ke rumah. Susah payah dia kongkalikong sama dokter, suster... semua orang yang menjenguk untuk nggak membahas penyakit. Sampai akhirnya si suami meninggal. "Tugas gue sebagai istri sudah selesai. Mudah-mudahan gue menjalankan peran gue dengan baik," katanya.
Astaga.
Sekarang, 10 tahun setelah sang suami wafat... teman gue itu baru bisa menceritakan yang terjadi. Dan dia menangis, tersenyum, geram, tertawa, menangis, tersenyum... campur aduk... seperti merasakan kembali yang dia alami selama 16 tahun. Ketika ceritanya tuntas, dia tersenyum lebar sekali. "Gue berhasil mengeluarkan semua cinta gue buat suami. Terserah bagaimana balasan dia atas cinta gue. Semua sudah berlalu. Sudah gue ceritakan, jadi orang-orang tahu. Bukan, bukan untuk menjelekkan yg sudah tiada. Ini adalah upaya gue mengosongkan bagasi. Supaya lega. Sekarang gue bisa tenang menjalankan tugas gue menemani anak-anak."
Cinta. Katanya. Cinta yang aneh? Nggak tahu.
Dan gue yakin, yang model kyk temen gue itu banyak....
Ya kan, setelah tahu ada yang mengalami cinta yg "ajaib"... kisah cinta gue jadi biasa aja. Hahaha....
Subscribe to:
Posts (Atom)