Thursday, April 01, 2010

Flying with My Boy

Liburan selalu membawa aura menyenangkan. Jeda sejenak dari rutinitas, tentu menjadi aktivitas yang selalu ditunggu. Buat gue, berlibur perlu dilakukan. Setelah sibuk di kantor tiap hari, liburan bersama anak menjadi wajib hukumnya.

Pertama kali liburan naik pesawat, Aria baru berumur enam bulan. Kedua kalinya saat ia berumur satu tahun. Usia dua tahun, kami ke Malang. Lalu setahun berikutnya ke Yogya. Baru-baru ini, gue dan dia liburan ke Bali, tentu naik pesawat.

Pengalaman naik pesawat yang pertama mengajarkan banyak hal. Pertama, menjaga kondisi anak agar tidak terlalu lelah sebelum liburan dimulai. Kondisi tubuh yang fit membuat anak merasa nyaman sepanjang perjalanan. Hal kedua, sebaiknya mencari jadwal penerbangan yang sama dengan jadwal tidur anak. Gue pilih jam tidur siang. Gunanya? Agar anak tidak rewel sepanjang perjalanan karena dia mengantuk dan lalu tertidur selama penerbangan. Kalau pun terpaksa naik penerbangan di luar jam itu, gue ajak dia lari-lari selama menunggu di bandara. Setelah olah raga, kita biasanya ngantuk, kan?

Gue betul-betul mempersiapkan Aria dalam kondisi ‘siap tidur’ ketika masuk pesawat. Kebiasaannya sebelum tidur, dilakukan semua: misalnya, membersihkan badan. Kalau di rumah cuci tangan cuci kaki, gue lap wajahnya dengan tissue basah, sesaat sebelum boarding. Gue juga ganti bajunya –kalau-kalau sudah basah oleh keringat- dengan yang masih bersih dan kering. Waktu dia masih sangat kecil, waktu tidur identik dengan minum susu dengan dot. Jadi, gue siapkan juga semua ritual minum ini sebelum terbang. Tentunya kalau ada mainan yg harus dibawa waktu tidur, ya dibawa aja. Yg penting supaya dia seneng deh.

Sampai Aria lima tahun, ritual naik pesawatnya belum berubah. Dan selama ini, semuanya terhitung berhasil. Aria selalu jatuh tertidur, beberapa saat setelah pesawat mengudara. Tanpa kehilangan pengalaman melihat awan dan rumah-rumah yang menjadi sekecil semut ketika terbang, perjalanan kami dengan pesawat terbang selalu berjalan dengan damai, tanpa tangisan.

No comments: