Saat ini angka penderita covid-19 makin naik. Tiap hari ada saja berita duka di linimasa media sosial. Yang paling mengejutkan jika proses meninggalnya cepat. Tadinya sehat bugar lalu meninggal di hari ke-7 setelah terdeteksi terinfeksi virus. Teman yang terinfeksi makin banyak. Bersyukur sebagian besar sembuh lagi seperti sedia kala. Tapi, suasana jadi muram.
Tempo hari, satu tetangga yang isoman, wafat di usia 40 tahun. Masih muda. Beberapa kali ketemu saat jogging pagi. Dia tinggal dengan ibunya, dan mereka berdua positif covid. Isoman di rumah. Pada hari ke-5, sang putra meninggal dunia. Dan malam itu, dua ambulance masuk ke kompleks. Satu untuk membawa sang ibu ke RS, satunya membawa pergi jenazah. Meski ambulance mematikan sirine, aura mencekam tetap lekat dan tertinggal beberapa hari.
Kantor WFH full. Produksi semua dipantau dari jauh. Buat produk cetak seperti yang saya tangani, penanggung jawab harus siap juling karena membaca semua proofprint di layar komputer. Di hari ke-3, saya menyerah. Saya cetak materi yang harus diperiksa ulang. Satu per satu saya pelototi dan koreksi jika perlu.
Cetak barang, keluar biaya, menambah limbah. Tapi aman. Tidak harus ke kantor. Tidak jumpa banyak orang. Tidak menanggung risiko terpapar virus.
Rencana liburan sudah terkubur sejak seminggu lalu. Perjalanan yang sudah disusun dibatalkan saat di mana-mana tersebar berita soal RS yang penuh. Mau pergi-pergi jadi nggak nyaman. Tapi tinggal di rumah saja rasanya mulai bosan. Kok jadi serba salah.
Tetap harus bersyukur tinggal di rumah yang nyaman. Tidak perlu berdesakan. Aria punya teritorinya sendiri. Eyang juga ada wilayahnya. Semua keperluan bisa dikirim ke rumah. Menjamin keamanan. Tidak kelaparan dan kesusahan. Meski harus berupaya menghibur diri dengan segala hal, tapi masih bisa tidur dengan nyaman. Tidak harus risau dengan rencana masa depan karena masih punya pekerjaan.
Meski tetap bertanya-tanya: hidup macam apa ini?
Semoga ini hanya satu bagian hidup yang kelak bisa dilihat dan dijenguk. Sebuah episode perjalanan yang tidak nyaman yang semoga terlampaui. Masa kelam yang mencekam seluruh jagat ini mudah-mudahan bisa tersimpan dalam kenangan. Segera. Amin.
Di saat sedang gundah, mengetahui bahwa ada seseorang yang peduli, sungguh sangat berarti. Terima kasih untuk rasa sayang yang tak pernah lekang, dan perhatian yang selalu bisa diharapkan. I love you too. You know who you are.
No comments:
Post a Comment