Peristiwa sedih
Waktu itu aku sedang belajar tiba-tiba ibu guru telepon halo kamu
Mendapat pelajaran sekolah dan pekerjaan sekolah dikumpulkan
19 mei 2012 oh tidak itu kan hari aku mempunyai banyak sekali pr
Ternyata pelajaran itu juga belum di ajarin tapi yang satu itu aku bisa
Akhirnya aku megengerjakan pekerjaan sekolah dulu
Semenit aku selesai mengerjakan pekerjaan itu tapi setelah mengerjakan itu aku sakit panas
Sehabis itu aku di bawa ke rumah sakit kata dokter aku sakit panas
Karena pusing-pusing sama muntah terus ini harus di kasih obat dulu
Kalau tidak di kasih obat sekarang nanti mual dan muntah
Soalnya kalau mual dan muntah dia kasihan nanti malah lebih sakit
Kan kalau masih kecil bisa makin parah sakitnya bisa ngak masuk sekolah5
Hari.
akhirnya aku ngak masuk3 hari tapi aku lupa megerjakan prku
Aku lupa melihat kalender ternyata ini tangal 19 mei
Soalnya temanku pada mengumpulkan prnya semua
Akhirnya aku dimarahin karena tidak mengumpulkan pr
Makanya harus mendengarkan guru menjelaskan tentang apa yang harus
Kita kerjakan.
Karya: Aria
Kelas : 2b sd Cikal Harapan
Thursday, May 31, 2012
Monday, May 28, 2012
Coba Katakan
Coba coba katakan kepadaku bahwa kita sedang berjalan
Menuju satu alasan
Janganlah kau katakan bila kita memang tak ada tujuan
Dari apa yang dijalankan
Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka hari ini
Coba coba katakan kepadaku sekali lagi bila kita
Memang benar akan ke sana
Buktikan dan buat aku percaya bahwa kita bisa
Mewujudkan bahagia
Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka hari ini
Ohh.. Oh.. Habis sudah semua rangkai kata
Telah terungkap semua yang ku rasa
Yang kuingin akhir yang bahagia
Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka
Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka hari ini
Yang ku inginkan satu tujuan
Sebuah kenyataan bukan impian
Bukan harapan bukan alasan
Satu kepastian
Coba katakan
Coba katakan
Coba katakan
Coba katakan
(Maliq & D'Essentials)
Menuju satu alasan
Janganlah kau katakan bila kita memang tak ada tujuan
Dari apa yang dijalankan
Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka hari ini
Coba coba katakan kepadaku sekali lagi bila kita
Memang benar akan ke sana
Buktikan dan buat aku percaya bahwa kita bisa
Mewujudkan bahagia
Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka hari ini
Ohh.. Oh.. Habis sudah semua rangkai kata
Telah terungkap semua yang ku rasa
Yang kuingin akhir yang bahagia
Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka
Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka hari ini
Yang ku inginkan satu tujuan
Sebuah kenyataan bukan impian
Bukan harapan bukan alasan
Satu kepastian
Coba katakan
Coba katakan
Coba katakan
Coba katakan
(Maliq & D'Essentials)
This is Real
Years ago someone gave me a very nice and fancy pen with my name on it, for my 17th birthday gift.
"Aku yakin suatu saat kamu akan jadi penulis," was written on the card.
I thought it was only a lip service, and later I lost the pen (yes I cried at the moment).
Now, when I see my book (even it is not my own, but with 3 other writers) on that new-arrival-shelf, I cannot help but reminiscing the day I received the gift.
And this is the message I got today: "I knew it, Budiana. I knew it since the beginning."
How lucky I am to be surrounded by lots of supporters. Alhamdulillah ya Allah.
"Aku yakin suatu saat kamu akan jadi penulis," was written on the card.
I thought it was only a lip service, and later I lost the pen (yes I cried at the moment).
Now, when I see my book (even it is not my own, but with 3 other writers) on that new-arrival-shelf, I cannot help but reminiscing the day I received the gift.
And this is the message I got today: "I knew it, Budiana. I knew it since the beginning."
How lucky I am to be surrounded by lots of supporters. Alhamdulillah ya Allah.
Monday, May 21, 2012
Khusus untuk OmD
Liburan ke Bali
Saat aku di bali aku ke sebuah hotel
Dekat pantai aku bermain pasir dan air
Setelah itu aku mandi dengan bersih karena badanku kotor hi..hi.hihi
Aku tidur sambil mendengar suara ombak wus..wusss.......wus...
Besoknya aku sarapan aku makan ikan bandeng enak banget
Setelah itu siangnya aku piknik aku makan udang terus aku main bola pantai terus aku mencoba makanan khas bali
Terus pas di jalan menuju hotel aku tidur
Pas nyampai hotel sudah jam 18.00 aku lansung sholat maghirb
Setelah itu aku makan malam di kopitiam
Setelah itu aku tidur malam sambil mendengar suara ombak
Besoknya aku pulang ke rumah Dadah teman-teman dan kota bali
Karya: Aria
Kelas:2b
Buat: om Dery
Saat aku di bali aku ke sebuah hotel
Dekat pantai aku bermain pasir dan air
Setelah itu aku mandi dengan bersih karena badanku kotor hi..hi.hihi
Aku tidur sambil mendengar suara ombak wus..wusss.......wus...
Besoknya aku sarapan aku makan ikan bandeng enak banget
Setelah itu siangnya aku piknik aku makan udang terus aku main bola pantai terus aku mencoba makanan khas bali
Terus pas di jalan menuju hotel aku tidur
Pas nyampai hotel sudah jam 18.00 aku lansung sholat maghirb
Setelah itu aku makan malam di kopitiam
Setelah itu aku tidur malam sambil mendengar suara ombak
Besoknya aku pulang ke rumah Dadah teman-teman dan kota bali
Karya: Aria
Kelas:2b
Buat: om Dery
Wednesday, May 09, 2012
Drama Si Embak
Wooosaaaahhh....
Memang di dunia ini tak ada yg abadi. Setelah sekitar 5 tahun merem urusan rumah (Aria), akhirnya goncang juga ini pertahanan garda belakang.
Jadi di rumah ada si mbak, namanya Titin. Dia ini dulunya hanya bertugas ngurusin Aria, waktu anak lanang itu umur 3 thn. Dia konon kabur dr majikannya yg lama krn dipukul dan nggak digaji. Melarikan diri ke rumah teman gue, trus pas di pengasuhnya Aria pulang krn mau kawin. Ya sudah, kutampunglah dgn Bismillah. Hanya tahu kalau dia dari Ciamis.
Ternyata dia cukup andal ngurusin Aria. Dan cepet sekali ngerti maunya gue. Jd pagi2 sblm gue ke kantor Aria akan sdh beres. Waktu gue pulang pun dia sdh beres. Cakep kan. Sampai waktu Aria sekolah. Dia jg yg nungguin. Trus waktu sudah nggak ditungguin, antar jemput ya tetep dia yg jalan. Bekal Aria bisa dipastikan sdh rapih tanpa gue repot. Paling dia hanya ingeti kalau adik perlu ini perlu itu. Titin jg cukup teratur soal jadwal2. Jd kapan bayar sekolah, bayar kumon, bayar jemputan, biasanya dia yg kasih reminder. Ibu hanya tinggal jadi kasir saja.
Trus sejak pindah ke BsD, di rumah yg semakin besar, Titin masih ikut. Dia makin andal krn lingkup kerjanya jg makin luas krn Aria kan makin besar. Sekolah Aria agak jauh dr rumah, kalau naik mobil bisa 20 menit. Titin ini bisa menelusuri jalur angkot ke sekolah, jd bisa hadir kalau dibutuhkan. Misalnya tiba2 Aria hrs datang ke sekolah sore (buat acara buka puasa), atau pulang lebih siang (krn latihan drumband atau taekwondo - duluuuu), Titin bisa antar-jemput. Jadwal ngurusin Aria masih sama: mandi pagi, siang, sore, malam. Siapin bekal sekolah dan makan siang & malam, krn Aria cukup picky, jarang sekali mau makan menu yg sama dgn yg lain. Dan harus fresh.
Suatu ketika bibik tukang cuci berhenti. Waktu nyokap berusaha cari gantinya, Titin mengajukan diri. "Sudah bu, saya saja yang kerjakan semuanya. Krn kalau adik ke sekolah, saya juga bengong, malah masuk angin." Okelah kalau begitu. Jadilah si Titin ini semacam buttler di rumah. Semua dia kerjakan. Tentu saja, gajinya berlipat. Akhir2, si papap jg order spy kamarnya dibersihkan, tentunya dgn insentif tambahan. Gaji terakhir Titin total Rp. 1.5 jt. Nendang kan?
Yg spektakuler adalah Titin bisa antar Aria dari BsD ke Pl Indonesia. Pernah suatu saat ada undangan Spongebob, yg pastinya Aria seneng kalau ikut. Tp krn pagi hrs sekolah, jd nyusul aja sore. "Berani, Tin?" gue agak ragu. Tp Titin mantep banget, "Berani, bu. Saya sudah pernah." Jadi dari rumah dia naik ojek ke terminal trnas BsD, naik trans Bsd sampai Ratu Plasa, trus naik transJ sampai Pl Indonesia. Ciamik.
Sejak itu, kalau ada acara di tengah kota pas jam kantor, gue nggak cemas lagi. Ada Titin. Nonton sirkus, nonton Gita Gutawa, dan macem2 lagi semua lancar berkat Titin. Gue hanya tinggal jemput mrk di Ratu Plasa atau Pl Indonesia, atau Fx.
Titin jg nampaknya cukup ceria ikut ke gue. Krn dia jd bisa nonton Disney on Ice (di kelas premium), ikut nonton konser, kadang ikut ke pesta2 yg ada artisnya :D Lumayan kan buat cerita2 sama temen2nya.... hahahaha.....
Krn Titin ini mau belajar, dia sempat gue suruh ikut kursus. Dari memasak atau salon, dia pilih bikin kue di bogasari. Trus setelahnya dia ikut juga kursus mengemudi! Kapan itu pulang ke Ciamis: bikin SIM A. Cakep kan. Trus dia pun gue suruh sekolah lagi. Sebenernya dia ini sudah lulus SMP. Tp krn sudah lama dan lupa, ya udah ulang lagi kejar paket B. Lulus SMP, skrg lagi ikut kejar paket C yg setingkat SMA. Dia sekolah hari sabtu atau minggu. Di hari2 itu biasanya dia bebas tugas krn Aria hanya mau sama ibu :p Sebenernya sih nggak libur resmi, tp yaaaaa kalau Titin mau main di sabtu atau minggu biasanya sih gue oke aja. Bosen juga kan liat dia terus.... Dan spy dia jg nggak edan di rumah terus.
Yang menyenangkan, Titin ini mirip2 gue: serba praktis dan simpel. Salah satunya, dia nggak mau pulang lebaran. Dia bilang, "Males, bu. Di jalan macet, ongkos bis mahal, sampai di kampung tabungan saya habis. Sudah saya di sini saja malah lebih seneng." Duh, gembiranya. Jd sejak tinggal di BsD, lebaran selalu diisi dgn open house. Ga cemas dong, krn ada Titin yg beres2 di belakang. Tentunya ada uang tambahan selain THR, belum lagi tamu2 gue suka juga ngasih tip lebaran. Tp bener deh, nggak rugi ngasih duit ke dia krn andal bgt dan disuruh apa aja lgs berangkat! Dan si pintar itu ngumpul2in duitnya smp bisa beli blackberry. Huhuuuuy.... makin lancar komunikasi. Kalau misalnya Aria perlu cat air mendadak buat besoknya, atau tiba2 disuruh bawa makanan sehat, Titin akan tinggal bbm jd gue bisa beli segera. Mantep.
Jadi semua lancar jaya, aman tentram damai, sampai dua minggu lalu, di hari Sabtu jam 9 malam. Gue yg udah mau tidur kaget ada yg mencet bel pintu. Tumben bener dan ga merasa janjian sama siapa2... ternyata di depan ada ibu2 sama anaknya yg sdh remaja.
"Ibu, maaf, di sini tempat kerjanya Titin Suprihatin?" katanya sopan banget.
"Iya." Gue udah mikir ada apa2 di Ciamis jangan2 nih....
"Bisa ketemu Titin?"
"Titin blm pulang."
"Boleh saya bicara dgn ibu?"
Masuklah dia. Dan berceritalah (Oh ya, sebelumnya Aria gue suruh ke kamar eyang, kok ya nurut lho anak itu.) Jadi ternyata oh ternyata....
"Saya Dini istrinya Akur, bu. Akur itu pacarnya Titin."
Bla bla bla bla....
Dan dari jendela ruang makan, gue lihat ada motor lewat, Titin di boncengan. Ibu itu tiba2 berdiri, buru2 (smp nabrak tempat cucian piring), trus ke depan. Karena ternyata Titin itu dibonceng si Akur kemplu bin nyebelin.
Gue hanya sempat lihat anaknya ibu itu rada2 nyolot ke Titin. Naluri nyonyah langsung keluar, sebelum tetangga pada keluar ngeliat adegan rumah petak di playhouse.
"Titin! Naik ke kamarmu. Kamu (gue tunjuk si anak), jangan teriak2 di rumah saya."
Gue sempet dengar Akur bicara "Kenapa sih kalian ini cari ribut aja kerjanya."
Trus si ibu gue suruh pulang. Gue bilang akan bantu dia beresin ini. Dan pulanglah si ibu dibonceng anaknya. Akur masih sempet pamit ke gue setelah anak bininya cap cus. "Maaf, bu," katanya.
Oh, FYI, Titin itu umurnya 24 dan Akur umurnya 54. Gubrak.
Karena sudah malam, gue ga kutak katik si Titin. Biar ajalah dia merenung dulu. Lagian kepala gue jd rasanya jadi berkonde. Kamseeeeee....
Malam itu, gue atur strategi, spy bisa ngomong sama Titin, Aria hrs diungsikan. Lha, si Papap kok kebetulan ada tugas ke Bali. Jd akhirnya Papacay hrs dihadirkan buat bawa anaknya jalan2 keliling kota spy ndak riwil.
Akhirnya terjadilah sesi interogasi. Titin ngakunya Akur itu sdh pisah rumah sm Dini. Jadi ya nggak merasa salah kalau dia 'berteman' sama Akur.
"Katanya kamu sdh kawin siri?"
"Belum, Ibu."
"Lho, Dini bilang kamu hamil...."
"Ya Allah, Ibu, saya ini masih perawan. Kalau Ibu nggak percaya, bisa divisum."
Intinya Titin mau sama Akur krn dia melihat sosok ayah yg selama ini nggak pernah dia punya. Baiklah.
Trus akhirnya cerita lengkap, termasuk soal ancaman2 Dini via sms. Ada yg mau membunuh, nyiram air keras, gebukin.... dll yg serem2. Haduuuuuhhh....
Yg gue takut tentunya kalau pas Titin sendiri di rumah. Atau pas dia hrs antar Aria ke mana2. Kalau ada apa2 dan kena anak gue, gimana? Amit2 jabang bayiiiii....
Akhirnya gue putuskan kalau Titin harus pindah dari Playhouse. Tp tentunya nggak bisa gue 'buang' gitu aja dong. Kasihan anak orang. Segera gue umumkan ke teman2 gue kalau ada ART ciamik. Mrk melihat hasilnya Aria yg cempluk begitu, jd tertarik. Akhirnya bbrp org hubungan sendiri sama Titin. Gue ajarin Titin milih2 tawaran. Dia pilih di Pejaten, ikut mbak seleb twitter yg juga single parent, gajinya 700rb. Yg mana setengah dr yg dia terima selama di Playhouse.
"Kenapa nggak ikut bu Marlina? Gajinya 900rb."
"Saya nggak bisa kerja rame2. Kalau di Pejaten, saya sendiri. Ngurusin anak hanya satu."
Good point.
Aria tentunya tanya kenapa Titin harus pindah. Dan dijelaskan bahwa ada orang jahat yg nggak suka sama mbak Titin, jadi sebaiknya Titin pindah rumah dulu krn kalau orang itu datang nanti malah bahaya. Nggak tau deh Aria paham apa nggak.
Titin bbrp kali gue pergokin nangis kalau nemenin Aria makan atau buat PR. Trus dia bbm: "Ibu, saya kalau kangen adik boleh main sini ya." Oalah kasihan....
Ya sudah. Sejak 2 minggu lalu Titin dijemput oleh keluarga baru itu. Minggu lalu pas lewat sana, sengaja gue tengokin. Dia kayaknya baik2 saja. Tp krn mrk tinggal di apartment, jd banyak barang2 Titin yg ditinggal di Playhouse. Nggak muat di tempat baru.
"Saya pengen balik ke ibu."
"Ya sudah nanti dipikir lagi kalau semua sudah tenang."
Aria: "Mbak Titin kamu kapan pulang?"
Kami mewek berjamaah.
Baiklah, skrg gue hrs hunting lagi nih cari embaaaaaaakkkk..... Di mana ya dapat yang sebaik ituuuuuu..... *nangis kejer*
Memang di dunia ini tak ada yg abadi. Setelah sekitar 5 tahun merem urusan rumah (Aria), akhirnya goncang juga ini pertahanan garda belakang.
Jadi di rumah ada si mbak, namanya Titin. Dia ini dulunya hanya bertugas ngurusin Aria, waktu anak lanang itu umur 3 thn. Dia konon kabur dr majikannya yg lama krn dipukul dan nggak digaji. Melarikan diri ke rumah teman gue, trus pas di pengasuhnya Aria pulang krn mau kawin. Ya sudah, kutampunglah dgn Bismillah. Hanya tahu kalau dia dari Ciamis.
Ternyata dia cukup andal ngurusin Aria. Dan cepet sekali ngerti maunya gue. Jd pagi2 sblm gue ke kantor Aria akan sdh beres. Waktu gue pulang pun dia sdh beres. Cakep kan. Sampai waktu Aria sekolah. Dia jg yg nungguin. Trus waktu sudah nggak ditungguin, antar jemput ya tetep dia yg jalan. Bekal Aria bisa dipastikan sdh rapih tanpa gue repot. Paling dia hanya ingeti kalau adik perlu ini perlu itu. Titin jg cukup teratur soal jadwal2. Jd kapan bayar sekolah, bayar kumon, bayar jemputan, biasanya dia yg kasih reminder. Ibu hanya tinggal jadi kasir saja.
Trus sejak pindah ke BsD, di rumah yg semakin besar, Titin masih ikut. Dia makin andal krn lingkup kerjanya jg makin luas krn Aria kan makin besar. Sekolah Aria agak jauh dr rumah, kalau naik mobil bisa 20 menit. Titin ini bisa menelusuri jalur angkot ke sekolah, jd bisa hadir kalau dibutuhkan. Misalnya tiba2 Aria hrs datang ke sekolah sore (buat acara buka puasa), atau pulang lebih siang (krn latihan drumband atau taekwondo - duluuuu), Titin bisa antar-jemput. Jadwal ngurusin Aria masih sama: mandi pagi, siang, sore, malam. Siapin bekal sekolah dan makan siang & malam, krn Aria cukup picky, jarang sekali mau makan menu yg sama dgn yg lain. Dan harus fresh.
Suatu ketika bibik tukang cuci berhenti. Waktu nyokap berusaha cari gantinya, Titin mengajukan diri. "Sudah bu, saya saja yang kerjakan semuanya. Krn kalau adik ke sekolah, saya juga bengong, malah masuk angin." Okelah kalau begitu. Jadilah si Titin ini semacam buttler di rumah. Semua dia kerjakan. Tentu saja, gajinya berlipat. Akhir2, si papap jg order spy kamarnya dibersihkan, tentunya dgn insentif tambahan. Gaji terakhir Titin total Rp. 1.5 jt. Nendang kan?
Yg spektakuler adalah Titin bisa antar Aria dari BsD ke Pl Indonesia. Pernah suatu saat ada undangan Spongebob, yg pastinya Aria seneng kalau ikut. Tp krn pagi hrs sekolah, jd nyusul aja sore. "Berani, Tin?" gue agak ragu. Tp Titin mantep banget, "Berani, bu. Saya sudah pernah." Jadi dari rumah dia naik ojek ke terminal trnas BsD, naik trans Bsd sampai Ratu Plasa, trus naik transJ sampai Pl Indonesia. Ciamik.
Sejak itu, kalau ada acara di tengah kota pas jam kantor, gue nggak cemas lagi. Ada Titin. Nonton sirkus, nonton Gita Gutawa, dan macem2 lagi semua lancar berkat Titin. Gue hanya tinggal jemput mrk di Ratu Plasa atau Pl Indonesia, atau Fx.
Titin jg nampaknya cukup ceria ikut ke gue. Krn dia jd bisa nonton Disney on Ice (di kelas premium), ikut nonton konser, kadang ikut ke pesta2 yg ada artisnya :D Lumayan kan buat cerita2 sama temen2nya.... hahahaha.....
Krn Titin ini mau belajar, dia sempat gue suruh ikut kursus. Dari memasak atau salon, dia pilih bikin kue di bogasari. Trus setelahnya dia ikut juga kursus mengemudi! Kapan itu pulang ke Ciamis: bikin SIM A. Cakep kan. Trus dia pun gue suruh sekolah lagi. Sebenernya dia ini sudah lulus SMP. Tp krn sudah lama dan lupa, ya udah ulang lagi kejar paket B. Lulus SMP, skrg lagi ikut kejar paket C yg setingkat SMA. Dia sekolah hari sabtu atau minggu. Di hari2 itu biasanya dia bebas tugas krn Aria hanya mau sama ibu :p Sebenernya sih nggak libur resmi, tp yaaaaa kalau Titin mau main di sabtu atau minggu biasanya sih gue oke aja. Bosen juga kan liat dia terus.... Dan spy dia jg nggak edan di rumah terus.
Yang menyenangkan, Titin ini mirip2 gue: serba praktis dan simpel. Salah satunya, dia nggak mau pulang lebaran. Dia bilang, "Males, bu. Di jalan macet, ongkos bis mahal, sampai di kampung tabungan saya habis. Sudah saya di sini saja malah lebih seneng." Duh, gembiranya. Jd sejak tinggal di BsD, lebaran selalu diisi dgn open house. Ga cemas dong, krn ada Titin yg beres2 di belakang. Tentunya ada uang tambahan selain THR, belum lagi tamu2 gue suka juga ngasih tip lebaran. Tp bener deh, nggak rugi ngasih duit ke dia krn andal bgt dan disuruh apa aja lgs berangkat! Dan si pintar itu ngumpul2in duitnya smp bisa beli blackberry. Huhuuuuy.... makin lancar komunikasi. Kalau misalnya Aria perlu cat air mendadak buat besoknya, atau tiba2 disuruh bawa makanan sehat, Titin akan tinggal bbm jd gue bisa beli segera. Mantep.
Jadi semua lancar jaya, aman tentram damai, sampai dua minggu lalu, di hari Sabtu jam 9 malam. Gue yg udah mau tidur kaget ada yg mencet bel pintu. Tumben bener dan ga merasa janjian sama siapa2... ternyata di depan ada ibu2 sama anaknya yg sdh remaja.
"Ibu, maaf, di sini tempat kerjanya Titin Suprihatin?" katanya sopan banget.
"Iya." Gue udah mikir ada apa2 di Ciamis jangan2 nih....
"Bisa ketemu Titin?"
"Titin blm pulang."
"Boleh saya bicara dgn ibu?"
Masuklah dia. Dan berceritalah (Oh ya, sebelumnya Aria gue suruh ke kamar eyang, kok ya nurut lho anak itu.) Jadi ternyata oh ternyata....
"Saya Dini istrinya Akur, bu. Akur itu pacarnya Titin."
Bla bla bla bla....
Dan dari jendela ruang makan, gue lihat ada motor lewat, Titin di boncengan. Ibu itu tiba2 berdiri, buru2 (smp nabrak tempat cucian piring), trus ke depan. Karena ternyata Titin itu dibonceng si Akur kemplu bin nyebelin.
Gue hanya sempat lihat anaknya ibu itu rada2 nyolot ke Titin. Naluri nyonyah langsung keluar, sebelum tetangga pada keluar ngeliat adegan rumah petak di playhouse.
"Titin! Naik ke kamarmu. Kamu (gue tunjuk si anak), jangan teriak2 di rumah saya."
Gue sempet dengar Akur bicara "Kenapa sih kalian ini cari ribut aja kerjanya."
Trus si ibu gue suruh pulang. Gue bilang akan bantu dia beresin ini. Dan pulanglah si ibu dibonceng anaknya. Akur masih sempet pamit ke gue setelah anak bininya cap cus. "Maaf, bu," katanya.
Oh, FYI, Titin itu umurnya 24 dan Akur umurnya 54. Gubrak.
Karena sudah malam, gue ga kutak katik si Titin. Biar ajalah dia merenung dulu. Lagian kepala gue jd rasanya jadi berkonde. Kamseeeeee....
Malam itu, gue atur strategi, spy bisa ngomong sama Titin, Aria hrs diungsikan. Lha, si Papap kok kebetulan ada tugas ke Bali. Jd akhirnya Papacay hrs dihadirkan buat bawa anaknya jalan2 keliling kota spy ndak riwil.
Akhirnya terjadilah sesi interogasi. Titin ngakunya Akur itu sdh pisah rumah sm Dini. Jadi ya nggak merasa salah kalau dia 'berteman' sama Akur.
"Katanya kamu sdh kawin siri?"
"Belum, Ibu."
"Lho, Dini bilang kamu hamil...."
"Ya Allah, Ibu, saya ini masih perawan. Kalau Ibu nggak percaya, bisa divisum."
Intinya Titin mau sama Akur krn dia melihat sosok ayah yg selama ini nggak pernah dia punya. Baiklah.
Trus akhirnya cerita lengkap, termasuk soal ancaman2 Dini via sms. Ada yg mau membunuh, nyiram air keras, gebukin.... dll yg serem2. Haduuuuuhhh....
Yg gue takut tentunya kalau pas Titin sendiri di rumah. Atau pas dia hrs antar Aria ke mana2. Kalau ada apa2 dan kena anak gue, gimana? Amit2 jabang bayiiiii....
Akhirnya gue putuskan kalau Titin harus pindah dari Playhouse. Tp tentunya nggak bisa gue 'buang' gitu aja dong. Kasihan anak orang. Segera gue umumkan ke teman2 gue kalau ada ART ciamik. Mrk melihat hasilnya Aria yg cempluk begitu, jd tertarik. Akhirnya bbrp org hubungan sendiri sama Titin. Gue ajarin Titin milih2 tawaran. Dia pilih di Pejaten, ikut mbak seleb twitter yg juga single parent, gajinya 700rb. Yg mana setengah dr yg dia terima selama di Playhouse.
"Kenapa nggak ikut bu Marlina? Gajinya 900rb."
"Saya nggak bisa kerja rame2. Kalau di Pejaten, saya sendiri. Ngurusin anak hanya satu."
Good point.
Aria tentunya tanya kenapa Titin harus pindah. Dan dijelaskan bahwa ada orang jahat yg nggak suka sama mbak Titin, jadi sebaiknya Titin pindah rumah dulu krn kalau orang itu datang nanti malah bahaya. Nggak tau deh Aria paham apa nggak.
Titin bbrp kali gue pergokin nangis kalau nemenin Aria makan atau buat PR. Trus dia bbm: "Ibu, saya kalau kangen adik boleh main sini ya." Oalah kasihan....
Ya sudah. Sejak 2 minggu lalu Titin dijemput oleh keluarga baru itu. Minggu lalu pas lewat sana, sengaja gue tengokin. Dia kayaknya baik2 saja. Tp krn mrk tinggal di apartment, jd banyak barang2 Titin yg ditinggal di Playhouse. Nggak muat di tempat baru.
"Saya pengen balik ke ibu."
"Ya sudah nanti dipikir lagi kalau semua sudah tenang."
Aria: "Mbak Titin kamu kapan pulang?"
Kami mewek berjamaah.
Baiklah, skrg gue hrs hunting lagi nih cari embaaaaaaakkkk..... Di mana ya dapat yang sebaik ituuuuuu..... *nangis kejer*
Subscribe to:
Posts (Atom)