Kenapa ya kok akhir2 ini lagi malas posting. Pdh sebetulnya banyak sekali cerita2 yg masuk kategori 'layak posting' dan ketika ada kejadian selalu mencatat hal2 dgn janji 'nanti ini buat postingan berikut.' Nyatanya? Buntu. Selalu kalau sdh di depan komputer malah buka2 folder editan, atau folder katern, atau folder iklan, budget produksi... trus mulai deh nguplik sini nguplek sana... dijamin pasti akhirnya kehilangan mood buat posting.
Sebenernya hari ini masih dlm keadaan shock krn sesuatu yg sinetron banget. Idih. Selama ini gue pikir jalan hidup gue sdh sinetron alike... ternyataaaaaa... ada lagi yg lebih cocok menghiasi layar kaca anda!
Jadi begini ceritanya. Gue punya temen, perempuan, mari kita sebut namanya K. Mbak K ini orangnya menarik, pintar, jurnalis di majalah perempuan top, yg persis spt ketika gue ada di dewi: setiap bulan terbang ke luar negeri. Kayaknya hampir semua tempat jalan2 di dunia sdh dia kunjungi berkat pekerjaan dia. 9 tahun jd penulis di majalah itu, ibu2 pejabat yg wajahnya nongol tiap hari di tv sdh kayak ibunya sendiri. Apalagi ibu2 yg suka disebut sosialita... aaaaah... itu sih gampang bgt dihubungi kalau sdh bawa nama K ini. Sebut namanya, masuklah kau ke seluruh pesta jagat metropolitan Jakarta.
Kebetulan rumah dia nggak jauh dr rumah nyokap gue di Kalimalang. Kantor pun searah. Jadilah kami sering pulang pergi bareng. Bbrp kali gue jemput dia di rumahnya, anter dia pulang kalau pas ketemu liputan, atau sengaja janjian. Bahkan supir kantor pun sdh hapal rute ini.
Tentunya dgn sendirinya kami jadi dekat. Cerita ini itu. Dari mulai urusan keluarga, pekerjaan, sampai urusan remeh temeh spt bedak atau lipstik paling baru. Dia cerita kalau baru beli rumah di belakang rumah orangtuanya. Kalau rumah itu selesai renovasi, dia akan minta ortunya tinggal di belakang, trus yg depan dikontrakin. "Biar bisa naik haji lagi." Trus baru2 ini dia jg cerita habis beli Karimun Estillo. "Mobil kecil kayak kutu, enak deh kalau parkir." Dia jg sempat ngajak gue umroh bareng. Tentu saja gue selalu senang dan ikut bangga kalau dia berhasil punya barang2 bagus dari jerih payah dia sendiri. Dia mengaku harus kerja keras banting tulang ngerjain macem2 dari mulai yg remeh sampai bikin profil orang top spy bisa beli ini itu. Dia jg sering bawa2 dangangan... yg nggak pernah gue beli krn gue kan lagi nabung buat rumah bsd... Tp sejauh ini gue merasa semuanya masih masuk akal. Krn memang kalau ngandelin gaji jurnalis ajaaaa... ya wassalam deh. Gue merasa melihat kemajuan dia, biarpun hanya dari cerita doang. Tapi krn gue nggak merasa itu merugikan gue dan yg gue lihat dia happy... ya sudahlah. Rasanya sih gue seneng2 aja bertemen sama dia. Apalagi krn dia pinter dan cukup bisa diandalkan kalau urusan2 agama. Pokoknya tok cer lah.
Sampai bbrp minggu yg lalu, gue sibuk bgt dgn kerjaan dan gue pikir dia jg gitu, akhirnya kami ga ketemuan bbrp lama. Biasanya sih memang begitu, lamaaaa nggak ketemu, tahu2 sms-an trus pulang bareng. Wajar aja lah. Trus gue ke Bali. Trus gue denger dia ke Australi. Jadi memang kami berdua goncang jadwalnya.
Tahu2... 2 hari lalu,di sebuah chat room gue bertemu seseorang. Yg tanpa tedeng aling2 menggosip ttg K. Bahwa K sdh dipaksa resign dr kantor krn terbukti menyalahgunakan nama perusahaan. Bahwa K menipu bbrp ibu2 sosialita dgn menggunakan nama kantornya. Bahwa K jualan barang palsu tp minta harga jutaan. Bahwa K harus mengembalikan uang puluhan juta atau akan dilaporkan ke polisi. Bahwa K sekarang buron krn nggak bisa dihubungi.
HAAAAAAAA????!!!!!!???!!!!!
Gue seperti berada di dunia antah berantah yg gue nggak tahu sama sekali. Ini apa ya? K itu siapa ya? Astaga.... Masya Allah... kok seperti nggak mungkin. Tp gue dengerin aja curhat soal K itu dng tekun, meski merinding. Setelahnya gue sempat sms K dan dijawab bhw dia lagi di Plasa Senayan jd nggak usah pulang bareng. Ok.
Tp ini betul2 mengganggu gue. Kemarin siang gue angkat telpon. Nggak sampai 3 kali dering sdh diangkat.
"K, gue nggak mau manis2, gue nggak bisa mikir kata2 lain krn skrg gue lagi buntu. Memang bener lu nipu banyak orang?"
"..."
"Buat apa sih? Lu perlu duit?"
"Di, gue nggak akan ngomong apa2 soal ini. Biarlah ini spt sekarang. Yg paling tahu soal benar atau nggak hanya gue dan Allah."
"Kalau nggak bener, lu harus klarifikasi dong."
"Sudahlah Di, ngapain gue maksa2 orang buat percaya sama gue? Ini cobaan."
"K, di agama jg ada ajaran kalau hubungan kita nggak cuma harus bagus ke atas, tp jg ke samping kanan dan kiri."
"Sudahlah, pokoknya biar aja ini begini. Nanti kebenaran jg bakal terungkap."
Sekian dan terima kasih.
Aneh bener.
Langsung gue main detektif. Telpon seseorang yg bs dipercaya. Dan keluarlah cerita versi kantor. Bener kalau ada aduan soal K yg menyalahgunakan nama perusahaan. Jd perusahaan pun menyelidiki, dan ditemukan bukti kalau K melakukan dgn sengaja dan terencana. K mengaku perusahaan punya yayasan amal. Dan sbg perusahaan ternama, banyak yg simpati, jd banyak brand yg memberi barang cuma2. Barang2 itulah yg dia jual dgn harga di bawah harga pasar. Dia bilang uangnya untuk yayasan. Bayar bisa cicil tanpa bunga. Bahkan dia punya rekening atas nama orang keuangan yg menerima transfer dari mana2. Tentunya yayasan itu fiktif. Barang yg dijual palsu. Rekening itu memang atas nama org keuangan, tapi ternyata yg terima duit ya K. Bukti2 sms dia ke org2 yg ditipu pun lengkap. Daftar nama korban komplit, sdh diselidiki dan benar mrk semua tertipu. Kalau ibu2 sosialita itu, waktu tahu sdh tertipu, banyak yg diam saja dan menganggap yg mrk bayar sbg amal. Yg naik darah adalah org2 yg spt gue inilah. Karyawan yg hidup dr gaji bulanan... yg cita2 punya barang bagus... begitu tahu barang yg dibeli palsu... tentu mau maraaaaaah....
Runyamlah situasi. Akhirnya, 2 hari lalu keluar keputusan, K harus mengundurkan diri dari kantor. Kalau menolak, kantor akan membawa laporan2 ini ke polisi dan menggugat secara hukum tentang pencemaran nama baik. K dikasih waktu 2 hari untuk beres2 semua perlengkapan dia.
Gue sambil ngobrol di telpon, sambil termenung... nggak bisa mikir. Tp kok ya kaki gue jalan sendiri. Mungkin krn di dengkul ada otak? Hehehe. Tiba2 mobil gue sdh sampai di depan rumah tempat gue anter-jemput K. Gue parkir. Turun dari mobil. Ketok pintu pagar. Belum jg yg punya rumah keluar... gue sdh tahu kalau itu nggak mungkin rumah K. Di pintu ada lingkaran natal, trus di dalem kelihatan hiasan salib. Eduh. Nggak mungkin rumah haji ada hiasan begituan. Gue lgs sadar bahwa gue pun sdh jadi korban penipuan. Rumah K ternyata ada jauh di belakang rumah itu. Masuk ke dalam gang kecil. Rumah sempit tanpa halaman tanpa garasi. Jgn tanya ya di mana dia simpan Estillo-nya....
Gue sedih banget. Nggak tau sedihnya karena apa. Apa krn merasa tertipu? Atau kehilangan teman? Atau krn merasa di dunia ini nggak ada lagi yg bisa dipercaya? Yg jelas kemarin malam gue nyetir pulang sambil nangis.
Biar gimana, gue merasa kecolongan. Gue tuh merasa sbg temannya K nggak bisa mencegah dia untuk nggak berbohong. Kok gue nggak bisa mengingatkan dia spy nggak menipu orang? Gila deh... orang yg hapal semua ayat Al Quran. Yg selalu ngingetin gue buat sholat, bahkan pernah sengaja beli mukena spy bisa sholat waktu di mal... Kok bisa ya?
Bagaimana bisa seseorang mengorbankan karier dan nama baik yg sdh dia bangun selama ini hanya untuk uang?
Sampai rumah gue nggak bisa tidur. Malem2 gue sms K. Gue bilang bhw gue nggak perlu tahu siapa yg salah, siapa yg bener. Yg penting gue minta dia spy dia beresin semua urusannya sampai tuntas. Gue sempet ingetin dia jaga kesehatan. And that was it. Sampai skrg nggak ada balasan nggak ada berita. Ya sudah. Semoga Tuhan menjaga dia di mana pun dia berada.
Pagi tadi, sebelum ke kantor gue ingetin org rumah dan terutama anak gue. Spy kalau K ke rumah dan ngajak Aria pergi, jgn boleh. Lha iya, gue kan takut jg kalau ternyata K beneran psycho. Kalau anak gue trus disandera gimana?
"Ibu, memangnya tante K kenapa sih?"
"Tante K sakit, Sayang, jd Aria jgn main dulu ya sama tante K, nanti ketularan."
No comments:
Post a Comment