Seharusnya gue cerita soal tim marching band Aria, Tk Cikal Harapan, yg jd juara umum 1 Festival Open Marching X Band Bogor. Seharusnya gue cerita soal perjuangan anak2 kecil itu latihan seminggu 4 kali, trus dimarahi pelatihnya kalau salah...pdh they were just a kid who loves to play and have fun. Tentunya mrk jg lelah sekali. Blm lagi kami ibu2 ini yg jg hrs pontang panting nyariin dana untuk bertanding. Hanya untuk tampil 8 menit di suatu hari Minggu, marching band Tk itu perlu sekitar 50 juta. Sponsor pun dirayu cintanya sampai meleleh. Jd orang tua 'hanya' perlu urunan 700rb. Yaaah... kalau gue hitung sih, pengeluaran buat ngurusin ini itunya segala... total gue keluarin 1 juta. Yo wis. Yg penting akhirnya menang kan.
Tp hari ini nggak pengen cerita ttg itu. Ada sesuatu yg lbh mengganggu.
Ini gara2 hari Kamis minggu lalu, tiba2 jendela YM pop up. Biasanya gue senang kalau ada yg ngajak chatting... tp kali itu rasanya terganggu sekali krn yg pop up adalah nama ayahnya Aria. Kenapa terganggu? Nggak tahu. Yg jelas rasanya nggak enak. Mungkin krn sdh lama sekali nggak pernah chatting dgn dia? Nggak tahu juga. Stlh basa basi 'apa kabar anakku' yg (untungnya dlm hati) gue silet dgn 'tumben peduli', akhirnya dia bilang dia mau lihat anaknya bertanding marching band hari Minggu.
Gue tidak pernah memungkiri, bhw anak gue mewarisi banyak hal dari ayahnya in his blood. Intuisi thd musik yg sangat tajam adalah salah satunya. Blm lagi wajahnya yg sama persis. Jd mmg kalau dibilang mini-him... ya itulah Aria. Bahkan marching band thingy ini pun mestinya dia warisi dr ayahnya yg dedengkot marching band waktu zaman sekolah dulu. Hanya yg gue selalu sesalkan adalah ayahnya spt tdk pernah punya waktu khusus dgn anaknya. I always think Aria deserves more than that.
Sejak awal gue cerai dulu, pintu rumah selalu terbuka lebar, kapan pun dia ingin hadir. Tp dia tidak pernah memanfaatkan itu dgn baik. Bulan pertama Aria lahir, dia jenguk tiap minggu. Bulan kedua, hanya 2 kali. Bulan ketiga sekali. Bulan keempat dan seterusnya nggak datang sampai Aria ulang tahun pertama. Setelah itu baru datang lagi waktu Aria ulang tahun kedua. Lalu datang lagi waktu ulang tahun ketiga dan keempat. Artinya: ketemu Aria cuma setahun sekali. Ulang tahun kelima lewat begitu saja. Jgn dikira gue diem saja. Gue sdh coba segala cara agar dia hadir. Tp dia selalu punya sejuta alasan. Ini jg berlaku untuk yg namanya tunjangan. Dr awalnya ngasih full (setelah ditelpon berulang kali)... trus hanya ngasih setengahnya (stlh gue telpon bbrp kali), trus hanya ngasih uang sekolah (stlh di sms bbrp hari), trus akhirnya nggak ngasih apa2 sama sekali krn katanya rejekinya masih jauh...ini terjadi sejak 2 thn lalu. Sampai akhirnya, waktu dia nggak datang (jg nggka ngirim kado) pas Aria ulang tahun kelima Oktober thn lalu...that was it. I'm done. If he doesn't want to be part of his son's life, I don't care. We are ok without him anyway.
Sampai akhirnya kemarin dia pop up lagi dan bilang ingin hadir.
Gue terganggu.
Ketika hari H dia hadir (terlambat 1.5 jam!), gue diam saja. Dia said something about missed the train and lost in Bogor. Bukan urusan gue. Gue sdh bilang Aria akan tampil jam 9. Gue sendiri sdh berangkat dr rumah stlh subuh. Sementara semua org di rumah gue pun bangun pagi2 buta biar nggak kena macet ke Bogor. Jd kalau dia nggak niat dan akhirnya dateng telat... gue no comment. I'm done, remember? Jd maaf aja ya kalau kami jg nggak berminat nungguin dia lama2. By the time we wanted to go, off we went.
Spt gue duga, Aria nggak mau dekat2 ayahnya. Yaaaa... spt kalau dia ketemu stranger. Tp gue pun nggak mau bujuk2. Biar saja. Kalau mmg mau mendekati anaknya, ya silakan dekatilah sendiri. Usaha aja sendiri. Bujukan2 gue sdh nggak laku. Sdh expired bbrp bulan lewat. You are late.
Gue nggak tahu, pertemuan kemarin itu sukses atau gagal. Atau mungkin sekadar pertemuan biasa yg tdk membekas di kepala anak gue. Dalam perjalanan pulang, si ganteng itu (yg duduk di pangkuan gue krn mobil full bener) tanya, "Ibu, ayah itu siapa sih?" yg hanya bisa gue jawab dengan, "Ayah itu anaknya eyang kayu putih." What else can I say?
I really want to cry out loud. Goncang banget.
Mungkin... kalau dulu gue sempat gaplok2in bapaknya Aria waktu those accident happened, atau gue sempat tendang2in atau jedotin kepalanya ke tembok... gue akan puas dan tdk akan merasa sakit hati spt skrg. Mungkin. Mungkin kalau waktu itu gue teriak2 di wajahnya dan gue keluarin semua ganjelan hati gue, gue akan lega dan nggak akan merasa sesedih skrg. Mungkin. Atau kalau gue bisa teriak2in bhw dia tuh nyebelin banget...mungkin gue akan lbh tenang skrg. Tp gue tahu bahwa gue ini terlalu manis. Plg pol gue hanya akan diam saja. Nelongso.
I thought I let it go. I thought I forgive him. I was wrong.
Akibatnya ya begini. Semua seperti blm berakhir. Ketika dia datang, we're going to square 1. Gue masih sakit hati. Dan dia di mata gue masih tetep bego. Bego. Tolol. Goblok. Kampungan.
Barusan ini the same window popped up again. Yg akhirnya membuahkan janji ketemu lagi hari Sabtu di event kantor. Dan gue lagi2 terganggu. I am so weak.
6 comments:
Smooches for Aria! Yay, first place winner!!!
Di, to me it sounds that you've done all your best, despite the hardships you had to endure. You should be proud that you didn't scream at your ex, didn't throw him to the wall. It shows that you're a greater person than he is, and you're not willing to lower yourself to his level.
I'm very sorry for having implied that he's a not-so-great person and rather-low-level person. He's the biological dad of your brilliant son, but apart from the genes..he practically has provided nothing else for Aria. I mean, what about life values? Examples how to behave, how to handle some difficult situation, how to play football? Where was he during the nights when Aria was sick, or tired or sad, and during those birthdays?
It is very understandable that your ex causes you pain and discomfort. It's very understandable that you'd rather have nothing to do with him anymore. It's not your fault. Really. I hope I dont have to spell out whose fault it is, cos it is as clear as day.
I wish you strength and happiness, and the peace of mind to say "Aiyohhhh I cannot forgive you meh! You s*um!" (albeit silently) whenever that particular chat window pops up. And the freedom to take whatever path to heal, and the serenity of being able to tell yourself at the end of the day: "I have done my best despite the hardships."
xoxo
Lydiaaaaaa... thank you so much... it is so nice to know someone is behind your back and support you all the way... thank you thank you thank you....
A little update: the father didn't show up last Saturday. So that was it. It was like he didn't pass the test so he has to stay wherever he is... away from Aria.
I'm so relieved.
Duh, mbak. Sumpah jadi ikut gregetan dan sedih bacanya. Gak kebayang bagaimana reaksiku sendiri kalau di posisi mbak. Be strong ya mbak Dian. perempuan baik hanya untuk laki-laki baik juga kan. berarti dia tidak cukup laik baiknya untuk mbak.
Makasih ya Pit... :D
MbaD, kl masih ada rasa penasaran lebih baik dituntaskan. Kl mba ingin bertanya kenapa dia meninggalkan mba n Aria, tanyalah, mungkin justru sikap diam mba bagi dia adalah sikap membiarkan pergi, who knows. Kl mba ingin marah, marahlah. Intinya lepaskanlah rasa penasaran itu dan mba siap untuk membuka lembaran baru bersama omD n Aria.
MbaD ga bisa memaksakan dia untuk menemui Aria atau membantu Aria dalam hal keuangan karena bagaimana kehidupan dia sekarang ini ga mba ketahui, tp mba tetap bisa berbuat benar dengan tidak membatasi aksesnya bertemu anak biologisnya. Terserah dia mengambil kesempatan itu atau tidak. Terserah dia kalau hanya ingin menjadi ayah "anak eyang kayuputih" (saya nangis mba ketika bagian ini, ternyata ada ayah seperti itu).
MbaD terimakasih untuk blognya n ketegaran mba (mulai dari masa kehamilan sampai saat ini) yang selalu menjadi inspirasi ketika saya jatuh.
OmD awas yah kl sampai menjadi seperti dia :)
If he has 6 children off course he doesn't have time anymore.
Post a Comment